JawaPos.com – Sebanyak 17 armada bus listrik belum beroperasi sampai sekarang. Pengoperasian kendaraan ramah lingkungan itu mandek sejak 1 Januari.
Artinya, kegiatan operasional sudah terhenti selama tiga bulan. Ironisnya, hingga kini kepastian terkait dengan lanjutan operasional belum bisa dipastikan.
General Manager (GM) DAMRI Cabang Surabaya Yulianto tidak tahu pasti kapan bus listrik itu bisa mengaspal kembali. Kendala utamanya adalah masih menunggu kontrak antara DAMRI dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). ”Sekarang ’bolanya’ di Kemenhub. Karena kami hanya sebagai operator,” kata Yulianto kepada Jawa Pos Rabu (29/3).
Yulianto juga tidak tahu penyebab sehingga belum ada pembaruan kontrak sampai sekarang. Namun, pihaknya berharap angkutan bus listrik bisa segera dioperasikan kembali. ”Apalagi, ini kan terkait dengan program pemerintah untuk mencapai zero emission,” ujarnya.
Di sisi lain, DAMRI sebagai operator merasa terbebani dengan kendaraan bus listrik. Meski bus listrik tidak beroperasi, jelas dia, pihaknya tetap tetap mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit. Misalnya, biaya perawatan dan maintenance.
Sambungan listrik harus tetap dilakukan sehingga membutuhkan beban biaya setiap bulan. Selain itu, gaji pegawai yang menangani seputar bus listrik harus dibayar.
DAMRI juga rutin melakukan uji coba. Prinsipnya, kendaraan siap dioperasikan. Pengisian daya untuk perawatan harian juga tetap dilakukan. ”Apalagi, ini jenisnya baterai. Baterai kalau dibiarkan kan rusak,” jelasnya.
Di antara total 17 unit, 14 armada masih disimpan di pul DAMRI di Jalan Jagir. Tiga unit lainnya berada di kampus ITS karena menjadi bagian dari produk ITS.
Wakil rakyat mendesak bus listrik kembali beroperasi. Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono meminta ada kepastian terkait dengan lanjutan operasional. Jika tidak, dikhawatirkan kondisi itu bisa berdampak buruk pada transportasi publik. ”Kalau tidak ada kepastian, kan masyarakat yang rugi,” ungkap Baktiono.
Dia menyampaikan, kehadiran bus listrik sangat ditunggu publik karena akan melengkapi transportasi massal yang lain. Yakni, Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, dan angkutan feeder. Jika semua beroperasi, warga akan lebih dimudahkan berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. ”Apalagi, kehadiran mobil listrik di Surabaya suatu kebutuhan,” ujar Baktiono.
Baktiono mengkritisi sistem kontrak antara DAMRI dan Kemenhub yang belum tuntas. Seharusnya sistem kontrak tidak terlalu birokratis sehingga memperpanjang birokrasi. Akibatnya, yang dirugikan masyarakat. ”Harusnya hitungan jam sudah selesai,” tegas politikus PDIP tersebut.
SEPUTAR KEBERADAAN BUS LISTRIK
-Sebanyak 17 bus listrik merupakan kendaraan bekas KTT G20 di Bali.
-Kali pertama di-launching pada 22 Desember 2022.
-Berhenti beroperasi sejak 1 Januari karena kendala teknis.
-Sampai saat ini, belum ada kepastian operasional.
-Kendala utama adalah masih menunggu kontrak antara DAMRI dan Kemenhub.
Solusi Perbaikan Layanan
-Memperbanyak tempat pengisian daya atau charging station.
-Menambah CCTV untuk pengawasan.
-Menyiapkan alat pembayaran QRIS.
Sumber: Reportase Jawa Pos