JawaPos.com – STIE Kasih Bangsa berkolaborasi dengan Perumda Pembangunan Sarana Jaya menggelar webinar nasional untuk memperingati Hari Peduli Sampah. Acara ini menghadirkan dua pemateri yang berkecimpung dalam bidangnya dengan tema “Circular Economy Sampah Jadi Cuan”.
Webinar yang dihadiri lebih dari 900 peserta lebih dari seluruh Indonesia ini juga diisi oleh pemateri Yanti Pelanusa, Founder dan CEO Komunitas Pelangi Nusantara. Kemudian yang kedua, yakni Winston Wilson, MD selaku Chief Operating Officer dan Business Development Manager of Gringgo.co.
Acara dibuka oleh Novrizal D. Patterson sebagai perwakilan dari STIE Kasih Bangsa berharap bahwa topik “Sampah Jadi Cuan” dapat membuka inspirasi bagi Gen Z dan Milenial untuk meningkatkan nilai lingkungan sosial dan bonus demografi.
“Harapannya, topik ini dapat membuka inspirasi bagi Gen Z dan Milenial untuk meningkatkan nilai lingkungan sosial di sekitarnya dan membantu bonus demografi khususnya di Indonesia,” ucap Novrizal saat virtual meeting pada Sabtu (25/2).
Bersama dengan Perumda Pembangunan Sarana Jaya, STIE Kasih Bangsa mengajak anak- anak muda dari seluruh Indonesia untuk mulai aware pada keuntungan sampah menjadi barang yang dapat bernilai. Mak dari itu, Yanti Pelanusa menceritakan pengalamannya dalam mendirikan komunitas pemberdayaan perempuan di Jawa Timur.
Dalam pemaparannya, Yanti menjelaskan bahwa Komunitas Pelanusa (Pelangi Nusantara) pertama kali hadir karena kerasahan yang ada di daerahnya. Kala itu, dia melihat tingginya angka pernikahan di Kabupaten Malang yang membuat banyak kaum perempuan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.
“Angka pernikahan di Kabupaten Malang cukup tinggi membuat banyak kaum perempuan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Bahkan, daerah ini sempat menjadi kantong Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang di mana mereka pergi ke luar negeri tanpa keterampilan yang layak dan pulang dengan banyaknya masalah,” ucap Yanti.
“Kemudian saya bersama teman-teman berusaha ‘mengompori’ mereka untuk tidak perlu lagi menjadi TKW dan mengajarkan beberapa skill-skill yang bisa mereka serap. Kemudian di sinilah Pelanusa berperan untuk membantu wanita-wanita membuat kerajinan yang kini Alhamdulillah telah mendunia,” tambahnya.
Kunci utama Komunitas Pelanusa menurut Yanti karena adanya Green Economy. Optimalisasi sumber daya yang sudah tersedia dan sumber daya yang tergarap dengan serius dijadikan landasan bagi mereka untuk terus berkreasi. Ditambah lagi, mereka mengadopsi Triple Bottom Line yang terdiri dari tiga bagian, yakni sosial, lingkungan, dan keuangan.
“Moto kami Berkarya dan Berbagi dan hingga saat ini kami telah berhasil mendapatkan pengakuan dari Presiden Joko Widodo sebagai komunitas kreatif masyarakat yang telah menginspirasi banyak orang,” ujarnya.
Sementara itu, Winston Wilson sebagai pemateri kedua dalam webinar nasional ini juga menjelaskan sektor teknologi pemanfaatan sampah menjadi cuan untuk Gen Z dan Milenial. Menurutnya, menjual barang-barang daur ulang, seperti botol plastic, kardus, dan lainnya akan memiliki nilai value pada lingkungan sosial.
“Saya melihat salah satu TPA di Indonesia yang sampahnya sudah menjadi gunung. Melebihi kapasitas. Terus kemana kita akan membuang sampah? Jadi apasih yang harus kita lakukan? Pertama adalah dengan memilah sampah sendiri,” ucap Winston.
Winston juga menerangkan bahwa beberapa langkah lainnya adalah dengan menciptakan Circular Economy. Di mana beberapa sampah yang diambil dan digunakan, tidak langsung dibuang melainkan di-recycle (daur ulang). Setelah itu, barang tersebut dapat diubah menjadi bentuk apa saja, baik karya seni yang memiliki art value atau barang yang dapat digunakan kembali.