JawaPos.com – Raut bahagia tampak di wajah Mia Audina Sukma Dewi dan orang tuanya Sabtu (25/2). Perempuan asal Asemrowo itu bisa leluasa berjalan lagi. Sebelumnya, semua serba terbatas. Mobilitasnya hanya bergantung pada kruk.

Tahun 2018 menjadi waktu yang kelam bagi Mia. Saat dia melintas di kawasan Jalan Margomulyo, tanpa sengaja spion motornya tersenggol sebuah mobil pikap yang berhenti mendadak. Nahas, saat terjatuh, kaki dan lengan kanan perempuan 26 tahun itu tergilas roda depan dump truck. Akibatnya, kaki kanannya hingga paha harus diamputasi.

Ayahnya, Sukmana Hadi, bekerja sebagai karyawan pabrik di kawasan Margomulyo. Sementara, ibunya, Kamsinah, tidak lagi bekerja sejak Mia mengalami kecelakaan sampai sekarang. Apalagi, seusai kecelakaan, Mia harus mendapat perawatan intensif di RSUD dr Soetomo selama dua bulan.

Keterbatasan ekonomi itu membuat keinginan Mia mendapat kaki palsu yang pas harus diurungkan. Sebenarnya dia pernah mendapat bantuan kaki palsu. Namun, kaki buatan itu tidak cocok. Bahkan, beberapa kali Mia nyungsep karena sulit memakainya. Akhirnya, bantuan itu tidak terpakai.

”Hari ini (kemarin, Red) kami berikan kaki palsu baru untuk Mia. Bantuan tersebut merupakan bagian dari program Surabaya Melangkah,” ujar Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos Agus Rosid. Sasarannya adalah warga yang butuh bantuan kaki palsu seperti Mia.

Rosid menjelaskan, Mia merupakan hasil outreach yang dilakukan kecamatan. Setelah memenuhi kriteria, akhirnya dia diajukan ke dinsos dan pengajuan disetujui. Sebelum Mia diberi kaki palsu, sejumlah proses juga dilewati. Mulai pengukuran hingga pendampingan saat memakai kaki palsu.

”Mia ini masih muda dan penuh semangat. Terbukti, setelah kecelakaan pun, dia mau meneruskan kuliah D-3 keperawatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Kami harap, setelah mendapat bantuan ini, Mia bisa lebih produktif dan berdaya lagi,” tuturnya.

Mia pun merasa terbantu. Kini dia bisa lepas kruk dan memulai latihan jalan. Dia berharap setelah ini bisa mendapat pekerjaan sesuai dengan bidang studi yang pernah dipelajarinya. ”Sudah pernah ngelamar ke beberapa tempat, tapi ditolak. Saya berharap, setelah ini, ada tempat yang mau menerima saya,” kata Mia.

Penerima bantuan lain, Wiwin Nurfilah, merasa bersyukur mendapat kursi roda dari program Surabaya Bergerak. Sejak kecil, warga Jalan Krembangan Kidul, RW 3, Kelurahan Krembangan Selatan, itu bisa berjalan, tetapi tidak normal layaknya orang lain. Dia butuh tongkat untuk melangkah. Pada usia 57 tahun, Wiwin tidak lagi kuat untuk berjalan. Pada pertengahan 2022, kondisi yang dialaminya diketahui pemerintah.

Melalui pendataan dari pengurus kampung yang diteruskan ke Kelurahan Krembangan Selatan, Wiwin mendapat bantuan kursi roda. Saat ini, di tengah keterbatasannya, Wiwin merasa seperti orang normal.

Kini ibu tiga anak itu sudah bisa bebas berkeliling di seputaran lingkungan tempat tinggalnya. Tidak hanya beraktivitas di dalam rumah. ”Bahkan, jika ada undangan arisan atau kunjungan ke rumah saudara, saya bisa datang. Meski, jarak rumahnya cukup jauh. Alhamdulillah,” ucap Wiwin.

Bantuan Meningkat Tiga Kali Lipat

SEJAK 2021, Pemkot Surabaya memulai program Surabaya Bergerak, Melangkah, dan Mendengar. Itu merupakan program sosial untuk membantu masyarakat lepas dari keterbatasan fisiknya. Mereka juga diberdayakan agar lebih mandiri.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya Anna Fajriatin mengatakan, hingga Sabtu (25/2) tidak sedikit warga Surabaya yang mengalami keterbatasan fisik. Ada yang karena kondisi sejak lahir, kecelakaan, dan lanjut usia. Dinsos memberikan bantuan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Program Surabaya Bergerak, misalnya, menyasar warga yang membutuhkan kursi roda. Bisa lansia atau penyandang disabilitas. Mereka akan diberi alat bantu secara gratis. Begitu juga dengan Surabaya Melangkah, sasarannya warga yang perlu alat bantu jalan. Misalnya, kaki palsu, kruk, atau tongkat jalan bagi tunanetra. Yang terakhir adalah Surabaya Mendengar, yakni penyaluran bantuan berupa alat bantu dengar. ’’Tujuan utamanya adalah membantu warga Surabaya bisa lebih mandiri. Seperti orang lumpuh, keluarganya tidak perlu capek gendong terus,’’ kata Anna.

Saat program dimulai pada 2021, jumlah bantuan yang disalurkan masih sedikit. Kebijakan itu pun terus dimatangkan dan bantuan semakin banyak. Bahkan pada 2023, jumlah bantuan naik tiga kali lipat. ’’Memang yang diutamakan adalah warga tidak mampu. Sebab, ini merupakan bentuk intervensi kemiskinan dari sisi pengeluaran,’’ ucap Anna. Menurut dia, pemberian alat sesuai kebutuhan itu berarti mengurangi beban warga dari kebutuhan membeli alat tersebut.

BERSYUKUR: Lurah Krembangan Selatan Sumadalana (kiri) bertemu dengan Wiwin Nurfilah, salah seorang penerima bantuan kursi roda, Sabtu (25/2). (Septian Nur Hadi/Jawa Pos)

Untuk mendapatkan bantuan, warga bisa melapor ke kelurahan atau Kader Surabaya Hebat (KSH). Saat usulan masuk, kelurahan akan melakukan outreach. Apakah kondisinya sesuai dengan kriteria penerima atau tidak. Kalau sudah mampu, jelas tidak akan masuk persyaratan penerima. ”Kalau setelah diverifikasi dan sesuai, akan dimasukkan daftar penerima. Kemudian, diproses untuk pengadaan dan penyalurannya,’’ terang mantan sekretaris dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau (DKRTH) itu.

Pengajuan Mudah dan Distribusi Cepat

LURAH Krembangan Selatan Sumadalana menuturkan, pengajuan bantuan cukup mudah. Calon penerima dapat melapor kepada pengurus kampung tentang kondisi dan kebutuhan alat bantu. Kemudian, laporan disampaikan ke kelurahan. Setelah itu, petugas melakukan survei lapangan. Jika sesuai, data calon penerima diserahkan ke kecamatan, lalu diteruskan ke dinas sosial (dinsos).

Kurang dari dua bulan bantuan sudah diberikan. ”Selama ini pengurus kampung selalu tanggap jika ada warga yang membutuhkan bantuan. Data mereka (calon penerima, Red) langsung diserahkan ke kami. Dengan begitu, prosesnya bisa cepat,” kata lurah yag akrab disapa Ana tersebut Sabtu (25/2).

Di kelurahan itu, 22 alat bantu berjalan sudah diberikan kepada para penerima. Perinciannya, 16 kursi roda dan 6 tongkat. Dalam waktu dekat, dua bantuan kursi roda juga diserahkan. Bantuan itu berasal dari dinsos dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Surabaya.

Lurah Sidosermo Mohammad Zul Chaidir menyampaikan, sebagian besar pengajuan bantuan direalisasikan sejak Oktober tahun lalu. Berupa kursi roda, alat bantu dengar, serta kruk dan tongkat jalan. ”Kursi roda kebanyakan untuk lanjut usia. Alat bantu dengar buat anak-anak,” ujarnya.

Bantuan itu dikhususkan bagi warga yang terdata sebagai keluarga miskin. Proses distribusi pun terbilang cepat.

PEDULI WARGA

– Ada 10 item bantuan yang diberikan. Yakni, kursi roda biasa, kursi roda adaptif, kaki palsu, tangan palsu, alat bantu dengar, stroller, walker, kruk, tongkat netra, dan tongkat kaki empat.

– Pada 2022, jumlah alat bantu yang disalurkan mencapai 702 unit.

– Jumlah itu meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 2.214 alat pada 2023.

– Selain bersumber dari APBD Pemkot Surabaya, bantuan datang dari CSR dan Kementerian Sosial.

Diolah dari berbagai sumber

By admin