Peringati 80 Tahun, GM Pamerkan Karya Seni Rupa dan Luncurkan Buku

JawaPos.com – Esai dan puisi sedemikian melekat dengan Goenawan Mohamad selama ini. Tapi, sejatinya, seni rupa juga sudah tertanam dalam jiwa pria yang akrab disapa GM itu sejak kecil.

Kedekatan dengan seni rupa itu tidak melulu datang dan dilihat dari hal-hal besar. Tapi juga dari hal-hal kecil di kesehariannya.

”Dari desain kue jualan ibu saya, dari kamus bergambar bapak saya, dari gambar yang dibikin kakak saya,” ujarnya saat pembukaan pameran dan peluncuran buku tadi malam (29/7).

Karya seni rupa GM itu akan bisa dinikmati khalayak umum lewat pameran bertajuk Di Muka Jendela: Enigma. Pameran tersebut digelar di dua tempat: Salihara Art Center yang berlangsung hingga 29 Agustus dan Nadi Gallery sampai 29 September.

Dalam pameran yang digelar bersamaan dengan perayaan 80 tahun usianya itu, setidaknya ada 50 karya seni lukis dan 120 karya gambar yang disuguhkan. Selain pameran, GM menerbitkan buku bertajuk Rupa, Kata, Obyek, dan Yang Grotesk.

GM mengaku menyukai menggambar sejak SD. Namun, untuk melukis secara serius, mantan pemimpin redaksi Majalah Tempo itu mengakui baru mulai berjalan lima tahun terakhir.

Penyebabnya, dia merasa memiliki banyak waktu senggang seusai nonaktif dari kesibukannya di Tempo. ”Saya mulai membuat sketsa sajak-sajak saya,” imbuhnya.

Siapa sangka, karya-karya seni rupa yang dia hasilkan menarik sejumlah kalangan. Bahkan, di suatu kesempatan, ada kerabatnya dari Malaysia yang menawarkan untuk ditampilkan dalam pameran di negeri jiran Indonesia tersebut.

”Saya pikir kenapa tidak pameran di sini saja,” kata dia.

Sebelum dibukanya pameran tadi malam, GM juga pernah berpartisipasi dalam pameran di Jogjakarta pada 2017. Mengenai proses kelahiran karya-karyanya, GM mengaku tidak pernah merencanakan.

Ide mengalir begitu saja. Kadang datang dari proses interaksi, tak jarang juga saat tengah berdiam diri. ”Ada satu momen yang diperlukan seperti mengheningkan cipta. Di sana bisa timbul macam-macam,” kenangnya.

Dia merasa proses kreatif seni rupa tak ubahnya seni sastra lainnya. Yang membedakan hanya mediumnya.

Sementara itu, pemilik Nadi Gallery Biantoro Santoso beruntung tempatnya dipercaya untuk memamerkan karya-karya GM. Dia menilai kepercayaan yang diberikan GM sebagai sebuah penghargaan tersendiri. ”Maka, langsung setuju,” kata dia.

Secara pribadi, Bian mengagumi sosok GM yang sudah dia baca tulisannya sejak 1970-an. Bagi dia, GM sosok pekerja keras dan punya dedikasi yang besar terhadap kesenian. ”Hidupnya seluruhnya di kesenian,” imbuhnya.

Sementara itu, kurator yang juga penyunting buku Rupa, Kata, Obyek, dan Yang Grotesk Hendro Wiyanto mengatakan, buku tersebut berisi esai-esai yang ditulis GM sejak 1961 hingga 2021. ”Esai soal seni rupa dan filsafat yang ditulis berdasar sikap estetik GM,” ujarnya.

Baca juga: Peringati 80 tahun, Goenawan Mohamad Pamerkan Karya Seni Rupa

Hendro menceritakan, menyunting buku GM memberikan nuansa tersendiri. Sebab, dia selalu merasa ragu apakah esai-esai yang dimasukkan sudah cukup memenuhi kepuasan GM dan pembaca. ”Tapi, Mas Gun selalu bilang nggak ada buku yang sempurna,” katanya.

Pernyataan itu pada akhirnya menguatkan hatinya. Secara pribadi, Hendro cukup menikmati esai-esai karya GM. Pertama, dari sisi tulisan, dia menyebut bahasanya sedap luar biasa. Kemudian, dari segi tema, apa yang ditulis selalu menarik dan bermakna.

Hendro menilai, peluncuran buku dan pameran seni rupa yang dilakukan bersamaan memiliki makna yang kuat. Dia merasa sudah saatnya hubungan puisi, esai, dengan seni rupa dekat kembali. Apalagi, dalam buku terbarunya juga banyak gambar yang dapat merepresentasikan esai yang ditulis.

By admin