JawaPos.com – PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatat peningkatan laba bersih sepanjang semester pertama tahun 2021. Pada enam bulan pertama 2021, Bank BTPN membukukan laba bersih sebesar Rp 1,64 triliun atau naik 47 persen dibanding periode sama 2020 yang sebesar Rp 1,12 triliun.

Direktur Utama Ongki Wanadjati Dana menjelaskan, perolehan laba bersih tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 4 persen secara tahunan yang meningkat menjadi Rp 5,59 triliun dalam enam bulan pertama 2021. Pada periode sama tahun lalu, pendapatan bunga bersih Bank BTPN hanya Rp 5,37 triliun.

Selanjutnya, pendapatan operasional lainnya juga tumbuh 5 persen secara tahunan menjadi Rp 960 miliar dari Rp 913 miliar, yang terutama berasal dari peningkatan pendapatan fee. Perusahaan juga berhasil menjaga efisiensi operasional usaha, sehingga beban biaya operasional relatif sama dengan tahun lalu.

“Pencapaian pertumbuhan laba bersih Bank BTPN pada semester I 2021 patut kita syukuri. Hal ini merupakan hasil dari strategi bisnis kami untuk bisa tangkas dan adaptif dalam upaya kami senantiasa menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan pandemi yang belum berakhir ini,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (28/7).

Ia melanjutkan, pertumbuhan pendapatan bunga bersih Bank BTPN juga ditopang oleh penurunan beban bunga sebesar 40 persen secara tahunan menjadi Rp 1,88 triliun pada enam bulan pertama 2021. Hal ini sejalan dengan tren suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga menurun.

Penurunan beban bunga juga tecermin dari meningkatnya saldo dan rasio Current Account Saving Account (CASA). Bank BTPN mencatat CASA, atau sumber dana murah, di level sekitar Rp 28,29 triliun pada akhir Juni 2021, naik 4 persen secara tahunan dari Rp 27,23 triliun. Sementara itu, time deposit turun 8 persen secara tahunan menjadi sekitar Rp 68,36 triliun.

Dengan demikian rasio CASA meningkat menjadi 29,3 persen pada akhir Juni 2021 dari 26,9 persen pada periode yang sama tahun lalu. Secara total, dana pihak ketiga Bank BTPN turun 5 persen secara tahunan menjadi Rp 96,64 triliun pada akhir Juni 2021 dari Rp 101,40 triliun.

“Penurunan dana pihak ketiga sejalan dengan upaya Bank BTPN untuk memenuhi kebutuhan pendanaan kredit. Dengan permintaan kredit yang masih rendah akibat dampak dari pandemi, total kredit yang disalurkan Bank BTPN per akhir Juni 2021 turun 10 persen YoY ke posisi Rp 135,57 triliun,” tuturnya.

Di samping itu, Bank BTPN berhasil menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tecermin dari rasio gross NPL yang berada di level 1,46 persen, masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,35 persem pada akhir Mei 2021.

Bank BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 237,8 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 116,1 persen per 30 Juni 2021. Perseroan mencatat penurunan aset sebesar 5 persen (YoY), dari Rp 185,19 triliun menjadi Rp 175,93 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 27,4 persen.

“Kami juga melihat optimisme terhadap perbaikan ekonomi yang akan kembali pulih seiring dengan semakin banyaknya anggota masyarakat yang mendapat vaksin,” ucapnya.

Ia juga menambahkan, pengembangan layanan perbankan digital di tanah air, Bank BTPN terus meningkatkan keandalan Jenius, aplikasi life finance solution bagi para nasabah digital savvy, di tengah tantangan pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari pertumbuhan yang tercipta.

“Jumlah pengguna Jenius tumbuh sebesar 22 persen (YoY) menjadi lebih dari 3,3 juta, dengan jumlah dana pihak ketiga bertumbuh 44 persen YoY menjadi Rp 15,4 triliun pada akhir semester I 2021,” pungkasnya.

By admin