JawaPos.com – Edukasi tentang hip arthroscopy (pembedahan pinggul) terus digencarkan di masyarakat, tidak terkecuali di Surabaya. Dokter asal Malaysia, Prof dr Ruslan Nazaruddin Simanjutak menyebutkan, dokter di Indonesia belum banyak tahu kasus hip arthroscopy.
“Padahal, sebetulnya, kasusnya itu bisa jadi banyak. Cuma itu sulit ditemukan karena banyak dokter ortopedi berpikir bahwa sakit di bagian pinggul bukan mengarah ke sana,” jelas dokter asal Alty Orthopaedic Hospital, Kuala Lumpur, Malaysia, itu.
Menurut Ruslan, tidak sedikit ditemukan keluhan pasien yang sakit di area pinggul lalu didiagnossis sakit di tulang belakang. Hal itu berdampak terhadap proses penyembuhan. Sehingga, proses penyembuhannya justu lebih lama karena tidak tepat sasaran.
Ruslan menyatakan, biasanya, untuk mempelajari kasus pembedahan tulang pinggul dokter ortopedi menggunakan kadaver (mayat) dulu. Hal itu bertujuan memastikan titik bedahnya agar tepat sasaran.
Ruslan mencatat jika baru ada dua dokter Indonesia yang memiliki keterampilan dalam hip arthroscopy. “Satu di Jakarta, satu lagi di Bandung. Di Surabaya, baru kali ini workshop sama dokter Unair,” tambahnya.
Sementara itu, kasus hip arthroscopy selama 10 tahun terakhir di Malaysia mencapai dua orang. Diakui oleh Ruslan bahwa kasus tersebut sulit dikerjakan karena dokter ortopedi lebih banyak menemukan kasus di area lutut dan bahu. Tak jarang kasus hip arthroscopy dialami oleh atlet seperti atlet sepak bola, lari, lompat, dan badminton.
“Satu pasien yang sedang saya tangani sekarang atlet sepak bola nasional Indonesia. Dia habis jatuh, cedera, dan ternyata di pinggulnya membutuhkan perawatan khusus,” tuturnya.
Untuk menjaga kesehatan tulang belakang termasuk pinggul, dia menyarankan agar tetap aktif bergerak atau berolahraga. Misal, jalan kaki. Minimal tiga kali dalams seminggu. Durasinya minimal 30 menit. (*)