Hobi jalan-jalan pasangan suami istri Dea Saufika dan Ihsandi Dwinanto mendatangkan inspirasi untuk mengadaptasi gaya farmhouse ala Amerika ke dalam hunian mereka. Selain membuat rumah yang tampak berbeda dengan sekitarnya, mereka ingin memberikan nuansa berlibur bagi keluarga.
PENERAPAN gaya farmhouse dimulai dari area fasad. Tampak luar rumah tersebut terlihat mencolok berkat motif garis yang memenuhi fasad. Hal itu meniru motif garis yang didapat dari susunan material kayu solid pada American farmhouse asli.
Namun, Dea beranggapan bahwa material kayu kurang cocok dipakai untuk fasad rumah di Indonesia. Selain tingkat kelembapan yang tinggi, kayu rawan rayap. Maka, Dea dan suami melakukan beberapa penyesuaian mengikuti iklim tropis dan perawatan yang lebih mudah.
Dinding eksterior dibangun dengan batu bata seperti biasa. Lalu, dilapisi semen aci dan diberi ”tali air” yang membentuk garis tegas. Tiap garis memiliki lebar sekitar 24–24,5 sentimeter. ’’Dengan cara ini, perawatan jadi jauh lebih mudah,’’ beber Dea yang mendesain Pao Haus bersama sang suami. Fasad kemudian dicat dengan warna abu-abu.
Beralih ke interior. Nuansa Amerika diperkuat dengan dominasi warna broken white dan abu-abu muda yang diperkaya beragam detail. Dea dan sang suami sengaja mengaplikasikan wall moulding di hampir seluruh area agar tidak monoton. Wall moulding pun lagi-lagi disesuaikan agar menjadi lebih murah dan mudah dirawat. Material kayu disingkirkan, lalu diganti gipsum. Menurut Dea, secara tampilan sudah cukup mirip.
Untuk lantai, Dea ingin nuansa hangat dari kayu masih kental terasa. Karena itu, material SPC (stone plastic composite) dengan tone warna white oak dan walnut yang dipilih. Lantai itu berbahan dasar campuran batu dan plastik.
Dengan begitu, tingkat ketahanannya dinilai lebih tinggi dibandingkan kayu parket. Sedangkan secara tampilan masih sama seperti kayu asli. Hanya, Dea mencatat bahwa jenis material tersebut harus cukup sering dibersihkan untuk menghindari debu terjebak di sela-sela tekstur kayu artifisialnya.
Rumah tersebut mengusung konsep open plan. Begitu membuka pintu utama di lantai 1, hampir seluruh ruangan terlihat. Namun, satu yang paling mencuri perhatian dan spot favorit Dea adalah dapur. Dapur tersebut merangkap pantry sekaligus dapur kotor. Kemudian dipadukan dengan island table yang juga berfungsi sebagai meja makan mini.
’’Kami ingin interior memberi kesan netral, maka pilih earthy tone. Begitu juga dapur yang menerapkan warna putih di kabinet atas dan abu-abu vespa di kabinet bawah agar tidak monoton,’’ terang Dea yang berprofesi sebagai dokter. Dominasi warna-warna tanah dan broken white itu juga sukses memberikan kesan luas pada rumah.
Dari luar, rumah dengan luas tanah 108 meter persegi itu terlihat cukup besar lantaran terletak di hook. ”Itu belum terpotong area hijau di sisi depan dan samping,” ujar Dea. Lantai 1 hanya berukuran 6 x 8,8 meter. Namun, berkat pemilihan tone warna yang tepat, konsep open plan, dan banyaknya bukaan, rumah tersebut jauh dari kesan penuh atau sempit.
—
HIGHLIGHTS
- ATAP SEGITIGA
Bentuk atap segitiga turut memperkuat gaya Amerika. Ditambah dengan satu jendela kecil tepat di bawah atap segitiga itu untuk memberi kesan adanya attic. Di balik jendela itu adalah kamar, tidak ada attic yang difungsikan sebagai ruangan.
- BAWAH TANGGA
Daripada kosong, area bawah tangga dimanfaatkan untuk bathroom dan storage. Ukuran bathroom cukup besar, yakni 3 x 1,4 meter. Karena cukup space, Dea menempatkan shower. Dinding menggunakan keramik warna terang agar terkesan lapang, lantainya pakai granit warna gelap agar tidak mudah terlihat kotor.
- MUSIC CORNER
Salah satu sudut ruangan di lantai 2 dijadikan music corner. Dea menempatkan piano putih hadiah dari sang suami saat kelahiran putri mereka. Dan, gitar di sampingnya. Tanaman hidup memberi sentuhan hijau didominasi warna netral.
—
PAO HAUS
- Desain: Dea Saufika & Ihsandi Dwinanto
- Arsitek & Kontraktor: Yunal
- Luas tanah: 108 meter persegi
- Luas bangunan: 118,8 meter persegi
- Lama pengerjaan: 9 bulan
- Lokasi: BSD, Tangerang Selatan