JawaPos.com–Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom mengatakan, penularan flu burung ke manusia jarang terjadi. Namun, hal tersebut tetap berisiko sehingga tidak boleh dianggap remeh.
”Sebetulnya, WHO juga mengatakan bahwa kejadian (penularan flu burung ke manusia) di Kamboja itu kejadian yang jarang, tapi bisa terjadi. Artinya, kemungkinan tetap berisiko. Jadi flu burung itu tidak bisa kita remehkan,” kata Chairul Anwar Nidom seperti dilansir dari Antara, Kamis (2/3).
Meski demikian, dia menambahkan, masyarakat juga tak perlu khawatir berlebihan. Sebab, hingga saat ini, belum ada insiden penularan flu burung antar manusia.
”Yang ada adalah virusnya menular dari unggas ke orang tertentu di sekitarnya,” ujar Chairul Anwar Nidom.
Dia menjelaskan, hal tersebut karena tempat penempelan atau reseptor virus flu burung berbeda dengan reseptor virus flu musiman yang dapat menular antar manusia. Reseptor virus flu burung adalah asam sialat (SA) alpha-2,3 yang banyak terdapat pada burung atau unggas.
”Sedangkan reseptor virus influenza musiman pada manusia adalah alpha-2,6 galaktosa yang banyak berada di permukaan sel organ saluran pernapasan atas,” papar Chairul Anwar Nidom.
Menurut dia, penularan virus flu burung ke manusia bisa terjadi apabila konsentrasi virus sangat tinggi. Misalnya, saat seseorang yang kekebalan tubuhnya kurang baik memasuki satu wilayah dengan konsentrasi virus yang sangat tinggi.
”Virus sangat mungkin masuk ke saluran pernapasan. Saat (virus) masuk, kemudian dia melakukan penyesuaian terhadap reseptor di dalam tubuh kita, lalu dia melakukan aktivitas replikasi dan sebagainya,” terang Chairul Anwar Nidom.
Adapun model penularannya, dia menjelaskan, dapat terjadi melalui kontak langsung maupun permukaan yang terkontaminasi virus atau contaminated surface.
”Kalau kontak langsung misalnya kotoran-kotoran (unggas) atau di kulit-kulit unggas ada virus kemudian dia terbang, lalu kita isap. Kalau contaminated surface misalnya setelah memegang ayam, kemudian ada virus yang menempel di tangan, bisa masuk tubuh melalui hidung atau mata,” jelas Chairul Anwar Nidom.
Dengan demikian, lanjut dia, ancaman infeksi flu burung pada manusia tetap terbuka. Sehingga, pengendalian flu burung harus dilakukan semua pemangku kepentingan.
”Sedangkan masyarakat sendiri dapat mencegah infeksi flu burung dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak dengan unggas hidup, menjaga kondisi tubuh tetap sehat dengan mengonsumsi vitamin dan jamu seperti empon-empon, serta melakukan vaksinasi flu atau flu burung bila sudah tersedia,” tutur Chairul Anwar Nidom.