JawaPos.com – Kompetensi literasi pelajar Indonesia masih rendah. Bahkan, 50 persen di antara mereka belum mencapai kompetensi minimum literasi. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyatakan, data tersebut diperoleh dari hasil Asesmen Nasional (AN) 2021.

”Saya sangat sedih selalu mengingatkan hasil asesmen nasional kita. Satu dari dua peserta didik kita belum mencapai kompetensi minimum literasi,” ujarnya saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Ke-23 secara daring kemarin (27/2).

Apabila digolongkan berdasar jenjang, sebanyak 15 persen siswa SD/MI/sederajat masih perlu intervensi khusus mengenai literasi. Kemudian, 30 persen lainnya masuk kategori kemampuan literasi di tingkat dasar.

Pada jenjang SMP, 45 persen siswa dinilai belum mencapai kompetisi minimum dalam literasi. Tidak jauh berbeda, pada jenjang SMA dan SMK kondisinya pun sama. Sebanyak 42 persen siswa SMA dan 50 persen siswa SMK belum mencapai kompetensi minimum.

Nadiem mengakui, ada kesalahan paradigma dalam upaya menumbuhkan minat baca anak. Selama ini ada ketidakselarasan antara buku-buku yang tersedia dan minat anak. Buku-buku yang diberikan sering hanya merujuk pada kepentingan yang menurut orang dewasa penting bagi anak, namun tidak pernah memikirkan apa kemauan anak.

”Menurut kita penting untuk anak, tapi kita tidak pernah memikirkan pertanyaan terpenting, buku ini asyik nggak sih buat anak-anak? Menyenangkan nggak? Itu error kita selama ini,” ungkapnya.

Nadiem menegaskan bahwa hal tersebut harus segera diatasi. Karena itu, program literasi yang ada bakal diperkuat dengan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Ada tiga pilar utama yang bakal jadi acuan dalam mengawal kesuksesan program tersebut ke pelosok tanah air.

Pertama, pemilihan dan perjenjangan. Ke depan, Kemendikbudristek tak sekadar mengirim buku ke daerah. Namun, akan ada pemilihan buku berdasar kriteria buku bacaan bermutu, yaitu buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak.

Kedua, cetak dan distribusi. Kemendikbudristek menyediakan dan mendistribusikan 560 judul buku bacaan bermutu dengan total 15 juta eksemplar ke daerah 3T dan daerah lainnya. Sasarannya kurang lebih 15 ribu PAUD dan SD. Terakhir, pelatihan dan pendampingan.

By admin