JawaPos.com- Banjir amuk Kali Lamong telah merendam sejumlah wilayah Kecamatan selama beberapa hari terakhir. Selain pemukiman, tidak sedikit area persawahan dan tambak warga yang kebanjiran. Total kerugian dampak banjir diperkirakan miliaran rupiah. Nestapa yang masih terus berulang setiap tahun.
Suntoro, petani dari wilayah Menganti, misalnya. Dia mengaku mengelola 1 hektare lahan sawah. Baru kali ini sawahnya terendam cukup dalam. Itu disebabkan saluran air untuk memperlancar arus banjir tidak ada. Dengan demikian, banjir tersebut merendam sawah cukup dalam.
Tak ayal, bulir-bulir padi di sawah milik Suntoro pun rusak dan basah. Dia merasakan kerugian cukup besar. Dia memperkirakan, pada musim panen kali ini hanya bisa membawa pulang paling banyak 12 karung. Padahal, biasanya mencapai 30–40 karung. ‘’Ini karena kebanjiran, kini paling-paling hanya sekitar 12 karung saja,’’ ucapnya.
Tentu, hasil sekian itu terbilang tidak nyucuk bagi Suntoro. Antara kebutuhan operasional yang dikeluarkan dan hasil penan, tidak seimbang. Ibarat pepatah, besar pasak daripada tiang. Terlebih, harga pupuk nonsubsidi melambung tinggi. Adapun harga gabah atau beras terkadang turun. Entah sampai kapan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Dinas Pertanian Pemkab Gresik Syamsul Ma’arif menyatakan, sejauh ini pihaknya mencatat ada 292 hektare area tanam yang kebanjiran. Jumlah tersebut merupakan data hingga 22 Februari lalu di enam kecamatan. ’’Data masih diperbarui. Kemungkinan bertambah karena banjir masih ada,’’ ucapnya.
Syamsul menyebutkan, saat ini beberapa wilayah memasuki masa panen. Para petani sedang menanam padi dengan umur 70–90 hari. Meski tinggal memanen, para petani tentu merugi cukup besar akibat terjangan banjir itu. Dinas pertanian menaksir kerugian petani mencapai Rp 372 juta. ’’Bukan gagal panen, melainkan jumlah dan kualitasnya menurun,’’ ucapnya.
Dia menyebut, sejauh ini masih banyak petani yang terdampak banjir itu tidak ikut asuransi. Kebanyakan petani yang ikut asuransi berasal dari Kecamatan Cerme dan Dukun. Adapun di wilayah Benjeng, Balongpanggang, Menganti, hingga Kedamean, belum ada yang gabung asuransi. ’’Jika terkena banjir begini, maka tidak bisa klaim asuransi,’’ imbuhnya.
Bukan hanya area persawahan. Tidak sedikit tambak pun terdampak banjir yang tahun ini cukup besar. Sebagaimana di wilayah Desa Jono dan Tambakberas, Cerme. Totalnya ada 375 tambak yang kebanjiran akibat tanggul jebol beberapa waktu lalu. Bahkan, hingga saat ini, banjir di wilayah tersebut belum surut.
’’Ini air masih menggenang. Karena di sini wilayah hilir, air ini merupakan kiriman dari banjir di hulu beberapa hari lalu,’’ ucap Kepala Desa Jono Asrun.