JawaPos.com – Pemandangan tak biasa terlihat di Italia, tepatnya di Kota Venesia. Kota yang dijuluki kota air karena memang dikelilingi kanal-kanal air dengan debit melimpah itu terlihat surut. Tak ayal, hal itu membuat sejumlah Gondola terdampar.
Perlu diketahui, Gondola adalah perahu tradisional di Venesia. Gondola merupakan moda transportasi utama di Venesia yang melewati kanal-kanal air. Ketika kanal air banyak yang surut, Gondola tidak akan bisa beroperasi.
Surutnya air di kanal Venesia memang sudah diprediksi ahli di Italia lantaran negara itu mengalami musim dingin kering. Pegunungan Alpen disebut hanya menerima kurang dari setengah curah hujan salju dari biasanya.
Kekeringan di Venesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya hujan, sistem bertekanan tinggi, serta pengaruh bulan purnama, dan arus laut. “Italia berada dalam situasi defisit air yang telah menumpuk sejak musim dingin 2020-2021,” ungkap pakar iklim Massimiliano Pasqui dari lembaga penelitian CNR seperti dilansir Corriere della Sera.
Sementara itu, warga Venesia yang mata pencahariannya mengoperasikan Gondola jelas merasakan dampak yang luar biasa. “Kami mengalami empat pasang surut yang luar biasa, dan setiap kali air sangat rendah di kanal tertentu sehingga kami harus menghindarinya,” kata seorang pendayung Gondola, Andrea Balbi, kepada NBC News.
“Saya telah menjadi pendayung Gondola selama 28 tahun, dan saya belum pernah melihat begitu banyak air surut secara sekaligus,” tambahnya.
Lebih buruk lagi, Balbi mengatakan beberapa Gondola bahkan telah “diparkir” atau terdampar karena terjebak lumpur. Mereka harus menunggu air pasang kembali untuk mengeluarkan Gondola tersebut
Kapal yang berfungsi sebagai ambulans dalam beberapa kasus juga harus diparkir. Hal itu memaksa kru medis membawa tandu karena kapal mereka tidak dapat melewati kanal.
Efek dari musim dingin yang luar biasa kering terlihat di beberapa wilayah di Italia. Selama tiga minggu terakhir di Venesia, beberapa kanal di tengah kota hampir mengering.
“Suplai air yang rendah di Venesia tidak pernah terdengar sebelumnya,” kata Giovanni Cecconi, presiden Lab Ketahanan Venesia. “Siklus bulan dan tekanan tinggi telah membuat air surut. Tapi biasanya, itu hanya berlangsung beberapa hari. Kali ini sudah berlangsung selama berminggu-minggu,” imbuhnya.
Luigi Cavaleri, seorang peneliti di Institut Ilmu Kelautan Kota, menambahkan bahwa tekanan tinggi selama 20 hari di atas Laut Mediterania juga berdampak pada perairan yang lebih rendah. Sementara pasang terendah bulan ini adalah 70 sentimeter (sekitar 28 inci) di bawah permukaan laut rata-rata. Sementara rekor yang dibuat pada 14 Februari 1934, ketika pasang terendah tercatat adalah 121 sentimeter (47,6 inci) di bawah permukaan laut.
Kondisi ini adalah sebuah anomali untuk kota air, yang telah berjuang melawan banjir selama berabad-abad yang menimbulkan kekhawatiran dari beberapa ahli bahwa naiknya permukaan laut akan menyebabkan kota itu tenggelam.