JawaPos.com–Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief tidak menampik adanya sejumlah calon jemaah haji (CJH) yang membatalkan pendaftarannya. Tetapi mereka bukan dari kelompok CJH yang bakal berangkat tahun ini.
Informasi tersebut disa sampaikan dalam diskusi Forum Merdeka Barat (FMB) 9 secara virtual pada Senin (27/2). ’’Saat ini masih cukup tinggi pembatalannya. Memang lebih banyak disebabkan antrean cukup panjang,’’ ungkap Hilman.
Dengan antrean yang panjang tersebut, para CJH yang memutuskan batal itu merasa sadar diri. Khususnya dikaitkan dengan usianya saat ini. Misalnya ada yang saat ini usianya sudah di atas 60 tahun. Kemudian antrenya masih 12 tahun lagi. ’’(Akhirnya memilih) Pindah ke umrah,’’ jelasnya.
Hilman menuturkan saat ini ada kebijakan baru terkait dengan pembatalan haji. Yaitu adanya sistem pelimpahan nomor porsi atau nomor antrean. Jadi daripada dibatalkan, bisa dilimpahkan ke keluarga. Sehingga keluarga tidak perlu berada di antrean paling buncit.
Dia menegaskan CJH yang membatalkan pendaftaran tersebut bukan bagian dari CJH yang bakal berangkat tahun ini. Hilman mengatakan belum menerima laporan adanya CJH nomor porsi pemberangkatan tahun ini yang batal. Apalagi alasan pembatalannya karena masalah finansial. Meskipun begitu jika ada CJH yang menunda pemberangkatan dengan alasan kesehatan, finansial, atau urusan penting lainnya, bakal masuk dalam daftar prioritas pemberangkatan tahun depan.
Forum diskusi itu juga dihadiri mantan Irjen Kemenag M. Jasin. Dia menyoroti hasil investasi yang dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Mantan pimpinan KPK itu menuturkan secara undang-undang BPKH diberikan kewenangan untuk mengelola dana haji. Harapannya bisa memberikan imbal hasil yang lebih besar.
Jasin tidak cocok penggunaan istilah subsidi nilai manfaat. Dia menegaskan bahwa hasil pengelolaan dana haji oleh BPKH itu sejatinya adalah uang jemaah juga. Sehingga harus dikembalikan lagi kepada jemaah. Tujuannya untuk meringankan biaya haji. ’’Jadi itu bukan subsidi,’’ tandasnya.
Dia lantas membandingkan dengan Tabung Haji milik Malaysia. Jasin mengungkapkan Tabung Haji investasinya sudah sangat luas. Bahkan Tabung Haji Malaysia memiliki perkebunan Sawit di Indonesia. Selain itu juga memiliki unit apartemen di Australia. Kemudian juga hotel di Arab Saudi. (*)