Masih muda, karier bersinar, lalu dihantam cedera parah. Tapi, mereka yang pernah berada di titik yang sama dengan Koko Ari Araya memastikan bahwa menepi justru memberi kesempatan untuk bangkit lagi.

DENGARKAN saja sambil istirahat, Ko. Duduk, rebahan, terserah. Sambil makan juga tak masalah.

Ini cerita untukmu, juga untuk semua pemain yang tengah berada di titik seperti kamu sekarang ini: terhantam cedera parah dan mungkin sedang dihantui banyak pertanyaan tentang karier dan masa depan.

Ada beberapa temanmu, sesama pesepak bola, yang dulu pernah bernasib serupa akan bercerita bagaimana bisa melewati masa-masa sulit itu. Bahwa cedera bukan alasan untuk menyerah, justru pelecut untuk bangkit.

Sudah siap, Ko?

*

M. Syaifuddin: Operasi Lutut Tidak Sehoror Itu kok

Banyak yang bilang operasi lutut, seperti yang baru dijalani Koko Ari Araya, itu akhir karier pemain. Tapi, bagi saya yang sudah dua kali menjalaninya, rasanya kok tidak sehoror itu.

Operasi lutut kedua tahun lalu bahkan saat saya sudah berusia 28 tahun. Alhamdulillah, saya fit lagi dan masih dipercaya bermain di lini belakang klub sebesar Persebaya Surabaya. Di Piala Menpora lalu saya juga bermain reguler.

Kebetulan Koko rekan satu klub. Jadi, saya berkesempatan menyampaikan langsung ke dia agar selalu berpikiran positif. Saya yang lumayan jauh lebih tua daripada dia saja bisa, apalagi yang masih sangat muda kayak dia.

Saya yakin kok Koko segera pulih dan bermain lagi. Malah nanti mainnya bisa lebih garang lagi.

Asal setelah menjalani operasi, Koko disiplin. Mau menjalankan semua instruksi dari tim dokter, fisioterapis, maupun tim medis rumah sakit.

Beto Goncalves: Ada Yang Nyinyir, Saya Malah Semangat

Saya pernah berada dalam situasi sesulit Koko sekarang. Musim 2009, saya mengalami cedera tendon achilles saat membela Persipura Jayapura.

Saya terpukul sekali awalnya. Untungnya saya segera sadar, larut dalam kesedihan tidak akan membawa saya ke mana-mana.

Saya balik ke Brasil untuk operasi dan pemulihan. Saking semangatnya, saya bahkan mulai berlatih saat lutut bekas operasi masih berdarah.

Belum pulih total. Saya sudah berlari dan mulai terapi. Apa pun gerakan saya lakukan semua.

Memang sempat ada yang nyinyir bahwa cedera itu akan membuat karier saya habis. Tapi, semangat saya justru terlecut oleh cibiran itu.

Saya akhirnya sembuh meski butuh waktu sampai 10 bulan. Tak mengapa, toh kemudian karier saya masih terus berjalan, bahkan sampai di usia 40 tahun sekarang ini. Bisa membela timnas juga dan kini masih dipercaya di lini depan tim seperti Persis Solo yang sangat berambisi promosi ke Liga 1.

Kalau boleh memberikan saran ke Koko dan para pemain muda lain yang mungkin tengah mengalami kesulitan yang sama, itu tadi, jaga semangat. Waktunya kerja keras ya harus kerja keras. Waktunya istirahat juga harus istirahat dengan baik.

Faktor motivasi juga penting. Saya kerja untuk keluarga, untuk anak, untuk istri, untuk mama dan papa. Jadi, mereka di belakang saya, mendukung penuh.

Ismed Sofyan: Asal Disiplin Terapi, Pasti Pulih

Seperti Koko, saya baru selesai operasi lutut pada 28 Juni lalu. Perkiraannya, butuh waktu enam bulan agar saya bisa benar-benar pulih.

Memang bukan waktu yang sebentar, apalagi usia saya sudah 41 tahun. Tim tempat saya bermain sebagai bek kanan, Persija Jakarta, juga tengah bersiap menghadapi musim baru.

Sedangkan saat ini, untuk bergerak saya masih butuh bantuan kruk. Tapi, saya sama sekali tidak patah semangat.

Saya jalani semua tahap pemulihan. Saya yakin, asal terus melakukan terapi secara benar sejak sekarang, saya bakal kembali seperti semula.

KENANGAN PAHIT: Andik Vermansah ditandu saat mengalami cedera hamstring dalam fist leg Piala AFF 2016. (ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Bagus Kahfi: Dulu Campur Aduk, Kini Sudah Los

Saya tidak akan pernah lupa hari itu: 29 Juli. Hari ketika saya akhirnya menjalani debut di Belanda bersama Jong Utrecht menghadapi TOP Oss di KNVB Sportcentrum.

Mimpi masa kecil saya akhirnya tercapai: main di Eropa. Meski saat itu saya juga nggak ngebayangin Eropa yang sebelah mana.

Untuk bisa sampai di sini, sungguh nggak mudah. Dua cedera parah saya alami. Pertama, cedera lutut saat membela timnas U-16 pada Januari 2018. Enam bulan saya harus menepi.

Kala cedera berat seperti itu, campur aduk sekali rasanya. Khawatir tak bisa main lagi. Beruntung saya mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Mereka meyakinkan saya bahwa saya bakal pulih, bakal bisa bermain tanpa rasa sakit.

Sekarang saya mau menebus waktu-waktu yang hilang itu. Hari-hari ini saya habiskan untuk latihan.

Termasuk ke gym dulu, biasanya pukul 11.00, baru setelahnya ke lapangan. Alhamdulillah, semua aman sekarang. Sudah los.

*

Begitulah, Ko.

Semoga, semangatmu, juga mereka yang mungkin sekarang senasib denganmu, berlipat kembali. Cerita para kolegamu membuktikan: cedera memang merobohkan, tapi bukan alasan untuk tidak bangkit.

Apalagi, operasimu, Ko, juga berjalan lancar. Dan, kini bisa menjalani pemulihan bersama keluarga di rumah. Didampingi pula oleh, ehem, pujaan hatimu, Nawar Puspita Sari.

Baca juga: Mulai Pulih, Pemain Timnas dari Persebaya Sudah Bisa Mainkan Bola

Toh, semasa masih membela HBS di kompetisi internal Persebaya, kau juga bisa melewati masa-masa sulit akibat cedera dislokasi bahu kanan. Meski kala itu dirimu memilih jalan penyembuhan tradisional sangkal putung.

Sekencang-kencangnya RX King, begitu kan Bejo Sugiantoro, asisten pelatih di Persebaya, biasa memanggilmu karena kecepatan larimu sebagai bek kanan, selalu ada waktu untuk berhenti sejenak, Ko. Entah untuk mendinginkan mesin atau mengisi bensin.

Anggap saja kau berada di tahap itu, Ko, sebelum nanti kembali melaju dengan, seperti dikatakan seniormu, Syaifuddin, lebih garang lagi.

By admin