JawaPos.com – Google memberikan penghormatan pada maestro lagu campur sari, Didi Kempot, yang sudah kesohor karya-karyanya lewat Doodle pada Minggu (26/2). Penghormatan Google dilakukan melalui Doodle hari ini yang secara khusus mengenang musisi Indonesia yang dikenal sebagai Godfather of Broken Heart atau ‘Bapak Patah Hati’ ini.
Pada muka awal Google Doodle hari ini tampil mendiang Didi Kempot sedang berdendang. Coretan tersebut juga diwarnai dengan sedikit animasi bintang-bintang, pas dengan sosok Didi Kempot yang luar biasa karena telah menulis lebih dari 700 lagu campursari sedih dalam bahasa Jawa selama lebih dari 30 tahun karirnya.
Didi Kempot punya nama lahir Didik Prasetyo. Didi Kempot adalah nama panggungnya yang merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu campursari dan congdut alias keroncong dangdut dari Solo. Ia merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Hadi Wiranto.
Didi Kempot dikenal sebagai Godfather of Broken Heart karena menulis banyak lagu yang bertemakan patah hati dan kehilangan. Ia sengaja memilih tema tersebut karena rata-rata orang pernah mengalaminya dan ingin dekat dengan masyarakat.
Almarhum Didi Kempot sukses membawa musik keroncong dangdut, campur sari dengan bahasa Jawa jadi lebih membumi. Karya-karyanya kini familiar di telinga anak muda, lintas suku, lintas kalangan. Penggemar Didi Kempot dari kalangan muda dari berbagai daerah menyebut diri mereka sebagai ‘Sad Boys’ dan ‘Sad Girls’ yang tergabung dalam komunitas Sobat Ambyar.
Julukan tersebut tak lepas dari karir musik Didi Kempot yang menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati. Beberapa lagu populer Didi Kempot di kalangan anak muda salah satunya adalah Pamer Bojo, Terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan.
Didi Kempot memulai kariernya pada 1984 sebagai musisi jalanan. Dengan alat musik ukulele dan kendhang, Didi Kempot mulai mengamen di kota kelahirannya, Surakarta, selama tiga tahun.
Singkat cerita, pada 1987, Didi Kempot memulai kariernya di Jakarta. Ia kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senen. Dari situ, terbentuk julukan ‘Kempot’ yang merupakan kependekan dari Kelompok Pengamen Trotoar yang menjadi nama panggungnya hingga saat ini.
Sembari mengamen di Jakarta, Didi Kempot dan temannya mencoba rekaman. Kemudian, mereka menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya mereka berhasil menarik perhatian label Musica Studio’s. Tepat pada tahun 1989, Didi Kempot mulai meluncurkan album pertamanya. Salah satu lagu andalan di album tersebut adalah Cidro.
Lagu Cidro diangkat dari kisah asmara Didi yang pernah gagal. Jalinan asmara yang ia jalani bersama kekasih tidak disetujui oleh orang tua wanita tersebut. Itulah yang membuat lagu Cidro begitu menyentuh hingga membuat pendengar terbawa perasaan. Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagu bertema patah hati dan terus menuai kesuksesan sampai akhir hayatnya.
Didi Kempot meninggal dunia pada 5 Mei 2020 pukul 07.45 WIB dalam usia 53 tahun di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta akibat henti jantung. Ia sempat mengalami sakit panas pada hari sebelumnya.
Jenazah Didi Kempot dimakamkan pada hari itu juga pada pukul 15.00 WIB di Tempat Pemakaman Umum Astana Jatisari Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Ngawi yang berdekatan dengan makam anak sulungnya.