Loudry Maspaitella adalah setter legendaris Indonesia medio 1990–2000-an. Sempat fokus ke karier perbankan pada 2009, kini Loudry aktif lagi di kepengurusan pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI). Jawa Pos berbincang-bincang dengan sosok asal Surabaya itu di sela kompetisi Proliga 2023 pada 8 Februari lalu.
—
Halo, Pak. Setelah tidak lagi bermain voli, apa saja kesibukannya?
Tahun 2007, saya sempat jadi pengurus PBVSI. Nggak lama kemudian, saya disuruh milih (fokus berkarier di Bank BNI atau PBVSI, Red). Dalam hati kecil, ingin karier sebentar. Ternyata ikut pendidikan prajabatan dan lulus. Akhirnya saya keliling, pindah-pindah cabang selama 10 tahun.
Lalu, sekarang mengurus voli lagi?
Rupanya, setelah keliling di BNI, Loudry masih dibutuhkan di voli. Jadi, saya ditarik ke BNI kantor pusat. Saya ditawari lagi mau fokus karier atau voli. Saya memutuskan voli saja lah. Saya nggak menafikan diri. Kalau (karier di Bank BNI, Red) terlalu tinggi, saya nggak akan bisa ngurus voli. Padahal, voli itu dunia saya.
Jadi, fokus di voli lagi kapan?
Setelah dengar kalau Loudry di kantor pusat Jakarta pada 2018, PBVSI menarik saya lagi menjadi pengurus. Sekarang malah lebih aktif di sana sebagai Kasi voli indoor, di bawah bidang binpres (pembinaan dan prestasi, Red).
Tugasnya sebagai Kasi voli indoor itu apa saja, Pak?
Bahasa umumnya harus mengelola pembinaan bola voli indoor. Tapi, tugas spesifik sejak dilantik Pak Heyzer Harsono (Kabidbinpres, Red) pada 2018 adalah memilih atau menyeleksi pemain. Ada yang bilang milih pemain siapa saja pasti bagus. Itu tidak salah. Namun, yang lebih penting adalah kepelatihannya. Pemain bagus-bagus, tapi pelatihnya segan sama pemain bintang.
Solusinya?
Saya bilang ke Pak Heyzer bahwa saya butuh Mourinho. Itu istilah saya. Real Madrid isinya bintang, tapi kalau Mou bilang kamu cadangan, maka kamu bakal jadi cadangan mati karena semua pada segan. Itu sosok yang nggak ada di kepelatihan lokal. Kompetensi pelatih lokal bagus, latihan bagus, program bagus, sudah persis seperti pelatih asing, cuma sisi kepelatihan yang belum.
Artinya, pakai pelatih asing?
Shortcut. Karena waktu yang pendek, kami nggak bisa ubah pemain. Teknik bisa diubah. Namun, soal karakter dan mental, itu sulit. Ya udah, pakai pelatih asing.
Apakah strategi itu sukses?
Kita lihat saja. Pemain SEA Games 2017 dan 2019 sama lho, tetapi hasilnya beda karena faktor pelatih. Tahun 2019 itu pakai pelatih asing, lalu 2021 ganti pelatih asing lain, hasilnya tetap baik. Kelihatan dua kali berturut-turut. Dan dalam sejarah SEA Games, tidak ada tim yang mulai dari penyisihan sampai final menang 3-0, baru kemarin 2019 itu.
Jadi, Anda menikmati tugas-tugas di PBVSI, ya?
Enjoy banget! Karena inilah dunia saya. Saya juga diberi tantangan oleh Pak Heyzer, mau bikin voli seperti apa nih ke depan, mau program apa. Saya usulkan kalau bisa pemusatan latihan nasional (pelatnas) punya training camp sendiri. Mereka sejak usia SMP/SMA kami urus, pembiayaan kami cari dari BUMN, kami buat tim. Pemain ini tidak boleh ikut klub lain, jadi prioritas timnas. Jadi, nggak seperti sekarang pemain muda nyelip di antara para senior. Ke depan harus dibalik. Kami harus punya tim yang isinya pemain muda, seniornya nyelip satu–dua.
Seberapa sulit memulai program itu?
Sebenarnya, lokasi dan fasilitas sudah punya. Akomodasi sudah bagus. Uang saku sudah ada, sponsor dari BUMN sudah mau. Namun, konsep soal sekolahnya belum ketemu. Saya ingin konsep yang benar-benar fokus. Nggak hanya sekolah pukul 9 sampai 12, lalu banyak dispensasi. Kalau gitu, fokusnya nggak benar.
Jadi, sekolah juga penting untuk atlet?
Kalau saya disuruh mikir, saya akan mikir sekolah lebih dulu. Bagaimanapun saya di BNI ini karena punya ijazah. Jadi, bukan hanya karena voli. Kebetulan, bapak saya dosen, ibu saya guru. Kalau nggak ada mereka, sekolahku nggak jalan. Jadi, sekolah itu penting. Jangan hanya mikir voli.
Harapan Bapak bagi voli Indonesia ke depannya?
Kalau untuk putra, kita harus bicara skala Asia. Bukan berarti juara Asia ya, tapi levelnya Asia. Jangan lagi bicara Asia Tenggara. Masak zamanku Asia Tenggara, sekarang masih Asia Tenggara, nggak maju dong.
LEGENDA HIDUP VOLI NASIONAL
Nama: Loudryans Arison Maspaitella
Tempat/tanggal lahir: Surabaya, 17 September 1969
Karier keatletan:
• Wijaya Putra Surabaya (1984–1987)
• PBV Petrokimia Gresik (1987–1995)
• BNI 46 (1996–2015)
Kepengurusan:
• Wakil Kabidbinpres PBVSI (2007–2009)
• Kasi Voli Indoor PBVSI (2018–sekarang)
Prestasi bersama klub: Juara Proliga (2003, 2005, 2006, 2010)
Prestasi bersama timnas: Emas SEA Games (1991, 1993, 1997, 2003)
Prestasi individu:
• Tosser Terbaik Proliga (2003, 2005, 2006)
• Best Setter SEA Games (1991, 1993)
• MVP SEA Games (1993)
Sumber: Diolah dari berbagai sumber