JawaPos.com- Banjir di kawasan Jalan Jawar, salah satu akses ke Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, terjadi kemarin (23/2) pagi. Tinggi genangan cukup bervariasi sepanjang akses  tersebut. Paling tinggi mencapai 30 sentimeter. Guyuran hujan deras pada siang hari turut menambah volume air di jalan.

”Sejak subuh, kami lakukan pembuangan air ke aliran anak Kali Lamong di sisi Jalan Jawar,” ujar Zainul, salah seorang petugas Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya yang berjaga.

Penanggulangan banjir juga dilakukan dengan membuat tanggul di sisi-sisi jalan. Sementara ini, tanggul nonpermanen dibuat dengan tumpukan karung berisi tanah. ”Ini dilakukan supaya air dari tambak dan kali tidak mengalir ke area jalan saat hujan,” jelasnya.

Dia berjaga bersama puluhan personel gabungan DSDABM, pemadam kebakaran, dan satpol PP. Dua mobil damkar dan satu mobil DSDABM disediakan untuk menyedot genangan di jalan dan mengalirkannya ke anak Kali Lamong.

Kepala DSDABM Lilik Arijanto menyatakan, penyedotan air terus dilakukan hingga banjir surut. Perhatian di area tersebut cukup besar, mengingat perhelatan Piala Dunia U-20 di GBT tidak lama lagi.

Pihaknya juga merancang antisipasi mendekati ajang internasional tersebut. ”Nanti ada pembangunan pembatas jalan semacam parapet, antara jalan dengan sisi tambak dan kali,” ungkapnya.

Hingga saat ini, jalur jalan raya dengan sisi-sisinya belum memiliki batas permanen. Jadi, luapan air tambak dan kali dengan mudah naik ke jalan saat hujan deras. ”Jadi, bakal dibangun pembatas jalan permanen maupun dilengkapi dengan yang nonpermanen,” jelasnya.

Selain itu, peninggian jalan bisa jadi opsi yang bakal mereka lakukan. Lilik menuturkan, pihaknya mempertimbangkan peninggian 40 sentimeter untuk area jalan yang rawan tergenang. ”Nanti di-overlay, kemudian bisa lebih tinggi dengan permukaan air,” ujar Lilik.

Secara ideal, air yang berada di jalan nanti hanya bersumber dari hujan. ”Dengan pompa kecil yang ada di sana, air bisa segera dibuang dan tidak ada genangan lagi,” katanya.

Saat ini penyebab banjir di area tersebut adalah naiknya level air di Kali Lamong. ”Siklus tertinggi ini biasanya setiap 5–10 tahun. Selama lima tahun terakhir, catatan tertinggi di Kali Lamong itu 330 sentimeter,” tegas Lilik.

Namun, ketinggian Kali Lamong mencapai 370 sentimeter kemarin sore. Kondisi itu memang dipengaruhi tingginya curah hujan di Mojokerto, Jombang, dan Gresik. Dia memperkirakan ketinggian air menurun ke level 330 sentimeter dalam 2–3 hari ke depan. Untuk kembali normal, diperlukan waktu 5–6 hari.

Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya Eddy Christijanto menjelaskan, pihaknya sudah memperkuat tanggul Kali Lamong di sisi Surabaya. ”Terutama tanggul yang nonbeton. Itu kami tinggikan. Bagian bawah juga dikuatkan supaya tidak merembes,” jelasnya.

Menurut pantauannya, debit air di sisi utara pompa di Kali Lamong masih tinggi. Antisipasi dilakukan dengan peninggian tanggul hingga 3 meter. Sejauh ini masih bisa teratasi batas air dengan tanggul 1,5 meter. ”Tapi, kami belum tahu hujan di sisi hulu sudah berhenti atau belum. Jadi, peninggian 3 meter perlu untuk antisipasi,” tegasnya.

ANTISIPASI LUAPAN KALI LAMONG

  • Pemkot Surabaya melakukan penebalan dan peninggian tanggul nonbeton Kali Lamong sisi Surabaya.
  • Penjagaan 24 jam di titik tanggul untuk kesigapan jika terjadi luapan atau rembesan.
  • Penjagaan di titik-titik rawan luapan seperti Jalan Jawar–akses Gelora Bung Tomo.
  • Pembuatan parapet atau pembatas jalan dengan tambak dan aliran anak Kali Lamong. Sementara berupa nonpermanen.

Diolah dari berbagai sumber

By admin