Langkah terobosan diambil Pemkot Surabaya. Puluhan anak yang terjaring razia digembleng di Lanudal Juanda. Mereka pun disebut Anak Surabaya Hebat. Selama delapan hari mereka digembleng dengan wawasan kebangsaan hingga kedisiplinan. Dicetak menjadi penyebar virus kebaikan.

WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Surabaya

’’HUHA…huha…’’ Yel-yel itu digaungkan Faisal dan 56 remaja lainnya. Kakinya pun tak lupa dientakkan ke tanah. Gerakan mereka sudah persis prajurit TNI-AL ketika berlatih.

Ya, kemarin (22/2) para pemuda itu baru saja tiba di kompleks Lanudal Juanda. Mereka akan mengikuti sekolah kebangsaan yang berlangsung selama delapan hari ke depan.

Berbagai ekspresi tergambar di wajah mereka. Termasuk bercanda mengenang cerita saat dirazia satpol PP.

Faisal, misalnya. Remaja berambut pirang itu tertawa terpingkal dengan rekannya. Dia pun menyesali apa yang dilakukannya dulu. Remaja asal Dupak tersebut mengaku kapok terjaring satpol PP. Ceritanya, waktu itu dia dan temannya sedang asyik menenggak minuman miras. ’’Baru dua kali putaran,’’ ucapnya, lantas tertawa.

Ulahnya juga memicu gelak tawa teman-temannya.

Bagaimana tidak, saat datang ke Lanudal Juanda, dia nekat membawa rokok. Petugas pun langsung menyitanya. ’’Karena masih adik-adik, jadi ya di bawahnya semimiliter,’’ kata Komandan Lanudal Juanda Kolonel Laut (P) Heru Prasetyo.

Dasar kedisiplinan ala militer diterapkan kepada peserta sekolah kebangsaan itu. Mereka juga diajak mengenal potensi diri hingga memahami kehidupan berkelompok. Tujuannya, jiwa sosialnya lebih peka.

Setiap pagi, selepas subuh mereka harus sudah siap berolahraga dan baris-berbaris. Heru mengatakan, anak-anak akan bertemu dengan siswa penerbang TNI-AL.

Sebenarnya jumlah awal peserta sekolah kebangsaan 77 orang. Namun, sebagian gagal ikut karena ada ujian praktik di sekolah. Mereka pun diikutkan di gelombang kedua. ’’Nanti untuk tiap sekolah juga kami adakan seperti ini,’’ kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat membuka sekolah kebangsaan.

Sekolah kebangsaan itu dibuka tidak hanya untuk para remaja yang terjaring razia ketertiban. Menurut Eri, mereka bukan anak nakal. Melainkan anak-anak hebat yang punya kemampuan luar biasa. Jadi, SMP dan SMA nanti mengirimkan siswanya untuk mengikuti program tersebut. Sebab, gelombang kedua dan ketiganya akan terus berlanjut.

Setelah menjalani pendidikan, 57 peserta mendapat pin khusus. Mereka kembali ke sekolah dan lingkungan dengan menyandang predikat duta Pancasila. Tugasnya menyebar virus kebaikan dan memotivasi sesama. ’’Mereka menjadi satu keluarga dengan pemkot, TNI, dan Polri untuk menerapkan Pancasila,’’ terang Eri.

Tak hanya itu, mereka juga diajak berkolaborasi di lapangan. Nanti, dalam beberapa kegiatan, pemkot menggandeng mereka. Sabtu dan Minggu mereka diajak melihat orang miskin hingga kondisi bayi stunting. Dengan begitu, kepekaan dan jiwa sosial mereka terus tumbuh.

Eri tidak ingin ada anggapan miring terhadap mereka. Sebab, itu yang dikhawatirkan pemkot dan para orang tua.

By admin