JawaPos.com – Pandemi Covid-19 tak kunjung mereda. Hal itu menimbulkan tantangan bagi industri ritel dan pusat perbelanjaan.
Pelaku usaha dipaksa bekerja ekstra keras demi mempertahankan eksistensi pasar. Meski saat ini industri tengah berada dalam kondisi survive, upaya adaptasi tetap dinilai perlu diiringi transformasi.
Founder & Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya mengatakan, pelaku industri pusat belanja dan para tenant harus memikirkan strategi ke depan. “Untuk menyongsong post-pandemi, 2020 kita boleh adaptasi ketika PPKM pusat perbelanjaan tutup dan lain sebagainya, tapi 2021 sudah harus disertai transformasi. Harus prepare untuk format baru mal dan ritel,” ujar Hermawan, dalam acara diskusi virtual Kamis (29/7).
Business Development Director of Pakuwon Group lvy Wong menegaskan pentingnya menerapkan strategi omni channel untuk mempertahankan tenant dan agar tetap bertahan di tengah kegelisahan pandemi. “Semua orang (konsumen, Red) sekarang mau konsep baru. Dalam kondisi itu, arahnya ke online shopping. Tapi, nantinya kita harus cari satu titik temu untuk bisa bekerja sama. Omni channel, offline dan online keduanya bekerja sama dengan baik,” tambahnya.
Managing Director at Sogo Indonesia Handaka Santosa menambahkan, saat ini penting bagi pengusaha pusat perbelanjaan mengetahui tren pasar dan pentingnya customer experience. “Department store saat ini harus mengubah konsep, teori yang menyebut one stop shopping harus dikembangkan,” ujarnya.
Handaka mencontohkan, saat orang menganggap department store hanya berjualan pakaian, sepatu, kosmetik, Sogo juga membuka apotek dan keperluan farmasi. Booth-nya berada tepat di pintu utama.
“Itu diadopsi dari tren kebutuhan konsumen,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Alphonsus Widjaja menyebutkan, mal diproyeksi masih sulit bangkit meski vaksin Covid-19 telah didistribusikan. Itu didorong tingginya kekhawatiran masyarakat.
Karena itu, kepercayaan diri konsumen menjadi fokus yang perlu ditingkatkan. “Tenant perlu berjualan dengan konsep baru dan dengan cara yang baru. Bukan hanya buka toko, lalu selesai. Tugas pengelola adalah mencari titik temu kepentingan tenant dan customer. Inilah yang saya sebut new paradigm,” ujarnya.
Perpanjangan PPKM darurat yang memengaruhi banyak sektor bisnis diperkirakan sangat berdampak terhadap perlambatan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 yang ditargetkan 7 persen dipastikan tidak akan tercapai, melainkan hanya di kisaran 3 sampai 4 persen.
Kondisi tersebut juga akan berpengaruh terhadap target pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 yang ditargetkan 4 persen dan di kuartal IV 2021 sebesar 4,6 persen. Dengan demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 di kisaran 3,7 persen di bawah target awal dikisaran 4,5–5 persen.