JawaPos.com–Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi Bali Ni Made Armadi menyampaikan, keterbatasan alat berat yang dapat beroperasi di TPA Suwung menjadi penyebab antrean truk sampah belakangan.
”Keterbatasan alat berat, saat ini alat berat yang beroperasi hanya empat, untuk melayani 1.200 ton per hari. Ini sangat kekurangan, karena alat sebagian masih tahap perbaikan sehingga pelayanan jadi kurang maksimal,” kata Ni Made Armadi seperti dilansir dari Antara di Denpasar.
Armadi mengatakan, alat berat yang digunakan untuk memindahkan sampah dari truk berjumlah delapan unit baik milik Kota Denpasar, Kabupaten Badung, maupun Pemprov Bali. Namun, empat unit sedang dalam perbaikan.
”TPST dan TPS3R di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar belum berjalan optimal baik dari segi pengurangan sampah maupun dari segi penanganan. Iya solusi, alat berat kita perbaiki dan akan sewa alat masih menunggu anggaran,” ujar Ni Made Armadi.
Selain keterbatasan alat berat, Armadi mengakui bahwa antrean truk sampah di TPA Suwung juga disebabkan areal pembuangan yang sudah sempit. Sehingga, manuver kendaraan dan menyulitkan proses pembuangan.
Selain itu, faktor cuaca juga menentukan, apalagi sebelumnya salah satu alat berat di tempat pembuangan yang menyimpan gunung sampah itu sempat terperosok.
”Cuaca akhir-akhir ini hujan terus sehingga menyebabkan jalan pembuangan becek dan berlumpur karena landasan jalan pembuangan berada di bawah sampah. Untuk antisipasi ini, ketika melakukan perbaikan jalan akses pembuangan truk distop terlebih dahulu menunggu jalan bisa dilewati,” jelas Armadi.
Salah satu sopir truk sampah DLHK Bali Nengah Sukarta yang ditemui dalam antrean truk sampah di TPA Suwung bercerita kemacetan kerap terjadi meskipun terkadang kondisi cukup landai.
”Kadang TPA Suwung ini lancar kadang macet, kalau macet bisa sehari satu kali angkut kalau alat berat kendala. Kalau lancar bisa 3-4 kali dalam setengah hari,” tutur Nengah Sukarta.
Pada pertengahan minggu ini, Sukarta mengatakan, pada Senin dan Selasa terjadi antrean truk sampah. Dalam sehari dia hanya dapat mengangkut sampah sebanyak satu kali.
”Kalau seminggu terakhir ini baru Rabu (22/2) agak lancar, sisanya macet benar-benar macet. Kalau angkut sekali bisa 4-5 jam nunggu di sini. Ada rasanya kemarin sampai 5 jam,” ujar Nengah Sukarta.
Sopir truk pengangkut sampah kerap mengeluh dengan kondisi tersebut. Mulai dari mengalami pusing hingga kehausan. Umumnya mereka menghabiskan waktu dengan istirahat dan bercengkrama satu sama lain.