JawaPos.com – Pada 2018 lalu, sutradara Aneesh Chaganty melahirkan sebuah film screenlife thriller berjudul Searching di mana latar lokasi dan interaksi seluruh pemain di sepanjang film diambil dari sudut pandang orang pertama yang sedang menatap layar komputer dan ponsel. Berkat cerita yang matang dan eksekusi yang rapi, film ini menuai banyak pujian dari kritikus di seluruh dunia.
Berangkat dari kesuksesan Searching, sebuah sekuel stand alone kemudian dirilis pada 2023. Film ini berjudul Missing.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, film ini adalah sebuah stand alone sekuel yang artinya seluruh lakon dan plot yang disajikan sama sekali tidak berhubungan dengan film pertamanya. Aneesh Chaganty sendiri masih terlibat dalam film ini, namun hanya sebagai penulis cerita dan produser. Kursi sutradara Missing diisi oleh dua insan baru bernama Will Merrick dan Nick Johnson.
Dibintangi oleh Storm Reid, Nia Long, Joaqim de Almeida, Ken Leung, dan Amy Landecker, Missing berhasil membawa penontonnya terus digelayuti rasa penasaran dari awal hingga akhir, sebelum akhirnya membuat mata terbelalak berkat berbagai plot twist yang sukses mengelabui seluruh prediksi di dalam kepala.
Missing bercerita tentang seorang remaja bernama June Allen (Storm Reid) yang memiliki hubungan rumit dengan ibunya yang overprotektif, Grace Allen (Nia Long). Ayah June, James (Tim Griffin) dikisahkan sudah meninggal akibat tumor otak ganas saat June masih sangat kecil.
Sebagai anak yang sudah beranjak dewasa, June kerap kali dibuat kesal dengan aturan-aturan Grace yang cenderung satu arah dan tidak bisa dikompromi sama sekali.
Hal ini kemudian membuat June malas berinteraksi dengan sang ibu. Mulai dari tidak mengangkat teleponnya, tidak memeriksa voice mail yang ditinggalkan, sampai memasang avatar perempuan kulit hitam yang sedang marah-marah di kontak smartphone-nya.
Suatu hari, Grace memutuskan untuk berlibur bersama pacar barunya, Kevin Lin (Ken Leung) ke Kolombia dan meninggalkan June sendirian di rumah. Hal ini jelas menjadi sebuah kebahagiaan buat June karena ia bisa melakukan apapun yang ia mau tanpa pengawasan langsung dari Grace.
Keanehan mulai terjadi saat Grace dan Kevin tidak kunjung muncul di bandara internasional Los Angeles ketika June datang untuk menjemput kepulangan mereka. June juga tidak bisa menghubungi ponsel Grace maupun Kevin.
Bingung dengan keadaan ini, June pun menghubungi hotel tempat Grace dan Kevin menginap di Kolombia. Di sinilah petualangan June sebagai detektif dadakan dimulai. Dibantu oleh warga lokal bernama Javier (Joaqim de Almeida), June perlahan-lahan menguak misteri hilangnya sang ibu yang dibumbui dengan serangkaian kejadian mencengangkan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Berdurasi selama 111 menit, Will Merrick dan Nick Johnson boleh dibilang sukses mengeksekusi hal-hal yang menjadi daya tarik utama di film pendahulunya. Meski hanya disajikan lewat layar komputer, ponsel, smartwatch, dan perangkat digital lainnya, Missing tetap bisa membuat penonton tegang dan terkesiap.
Yang lebih menarik, disadari atau tidak, Merrick dan Johnson juga membawa penonton ikut masuk dalam perjalanan June dengan menganalisis apa yang terjadi lewat petunjuk-petunjuk kecil yang disematkan di berbagai aplikasi yang kelihatannya remeh temeh, tapi justru jadi kunci untuk menjawab pertanyaan besar yang akan berpindah ke misteri berikutnya.
Kekuatan elemen ini juga berhasil menutupi kekurangan minor yang ada dalam Missing, seperti akting beberapa para lakonnya yang kurang menjiwai peran dan akhirnya bisa dengan mudah dilupakan. Namun, pada akhirnya pentonton memang tidak mencari kualitas akting watak yang mumpuni dalam film seperti ini.
Secara keseluruhan, bagi penggemar thriller dan kisah misteri, Missing adalah sebuah film yang tidak boleh dilewatkan. Jika Anda sudah pernah menonton Searching lima tahun silam dan menganggap bahwa plot twist dalan film tersebut membuat Anda begitu tercengang, Missing menyajikan kejutan yang dua kali lipat lebih mind blowing.