JawaPos.com – Rentetan banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Jatim tak hanya merendam permukiman maupun infrastruktur. Bencana itu juga berimbas terhadap lahan pertanian.
Ribuan hektare sawah terdampak banjir. Sebagian di antaranya terancam gagal panen. Jumlah itu berpotensi bertambah mengingat banjir masih terjadi di sejumlah wilayah.
Di Ngawi, sedikitnya 195 hektare sawah di tujuh kecamatan terendam air luapan Bengawan Madiun dan Solo pekan lalu. Di antaranya, Geneng, Pangkur, Padas, hingga Kecamatan Ngawi.
Di Bojonegoro, akibat luapan Bengawan Solo, 210 hektare lahan sawah di tiga desa di Kecamatan Baureno terendam banjir. ”Persawahan warga terendam, termasuk beberapa rumah,” kata Sekretaris Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Nehru.
Jumlah tersebut sangat mungkin bertambah. Sebab, bencana banjir masih melanda sejumlah wilayah. Terakhir di Gresik imbas luapan Kali Lamong.
Sementara itu, berdasar rekapitulasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jatim, tercatat 186 hektare sawah di enam kabupaten terancam gagal panen.
Jika diakumulasi, bencana banjir yang melanda Jatim selama Januari–Februari mengakibatkan 2.101 hektare sawah di 11 kabupaten/kota terdampak. Di antaranya, Sidoarjo, Mojokerto, Kota Mojokerto, Tuban, Lamongan, hingga empat wilayah di Pulau Madura. ’’Dari yang terdampak itu, ada yang sampai mengalami puso,’’ ucap Kepala DPKP Jatim Dydik Rudy Prasetya kemarin.
Dengan kondisi tersebut, padi di sawah-sawah itu diperkirakan tidak akan bisa dipanen. Namun, ada pula yang masih bisa diselamatkan.
Selain lahan pertanian, bencana hidrometeorologi juga membuat kondisi jalur-jalur protokol di Jatim menurun. Misalnya, di ruas Nganjuk–Ngawi. Berdasar pantauan langsung Wagub Emil Elestianto Dardak, banyak kerusakan yang terjadi di sana. ”Karena itu, kami minta dinas PU bina marga segera menginventarisasi dan melakukan perbaikan,” ujarnya.
Kerusakan juga banyak terjadi di ruas utama lain. Termasuk Jembatan Jetak di ruas utama Malang–Surabaya di Pandaan, Pasuruan, yang kemarin mulai dibenahi.