JawaPos.com – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Zaedi Basiturrozak menegaskan kiprah organisasi ini dituntut sejalan perkembangan zaman.
“Ke depan dituntut memiliki kiprah yang lebih sejalan dengan perkembangan zaman. Tidak terbatas pada rutinitas dan tata laksana organisasi, atau lebih ekstremnya menempatkan organisasi sebagai instrumen pragmatis dan oportunis dalam menggapai sesuatu,” kata Zaedi Basiturrozak dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, (20/2).
Zaedi juga mengingatkan kembali amanah dari QS Ali Imron ayat 110. Ditekankan dalam ayat tersebut bahwa sebaik-baik umat adalah mereka yang menyerukan kepada kebaikan dan senantiasa berikhtiar mencegah terjadinya kemungkaran.
“Amanah ini menjadi nilai, menjadi spirit, bagaimana Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi otonom Muhammadiyah mempunyai visi dalam menegakkan akhlak dan menciptakan masyarakat seadil-adilnya,” kata Zaedi.
Hal itu dikatakan Zaedi menyongsong agenda Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah yang akan diselenggarakan di Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC) Dome, Kalimantan Timur, 21 – 24 Februari 2023. Musyawarah tertinggi Pemuda Muhammadiyah itu mengusung tema Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia.
Menurut dia, tantangan ke depan bagaimana menjadikan Pemuda Muhammadiyah mampu menjawab kebutuhan organisasi dan individu dapat berjalan linier dan berkelindan tanpa meninggalkan satu sama lain. Tantangan ke depan harus mampu memunculkan talenta-talenta kader sesuai dengan preferensi atau minat dan keinginan.
“Dengan melahirkan kader sesuai dengan preferensinya ini, kami berharap akan membentuk jalannya organisasi menjadi lebih hebat. Bagaimanapun tidak ada struktur organisasi yang besar tanpa diimbangi dengan talenta hebat kader-kadernya,” katanya.
Jebolan Magister Psikologi Universitas Padjajaran Bandung sekaligus Ketua IKA Psikologi Unpad menyatakan, Pemuda Muhammadiyah ke depan harus mampu mengaktivasi dan menjadi afirmator bagi kader. Dengan demikian, kader-kader dari tingkat ranting, cabang, daerah, sampai tingkat pusat mampu mengejawantahkan apa yang menjadi mimpi-mimpinya, menjadi visinya.
“Dalam konteks inilah ada dua hal yang menjadi perhatian saya, sekaligus saya mohon doa restunya untuk maju menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, bismillah…,” kata Zaedi.
Organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 26 Zulhijjah 1350 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1932 Miladiah harus menjadi kawah candradimuka bagi kader. Hal itu sekaligus merefleksikan hakikat berjihad dalam konteks berorganisasi melalui Pemuda Muhammadiyah.