JawaPos.com- Suasana Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Sepanjang, Sidoarjo, kemarin (19/2) malam terasa berbeda. Bukan hanya kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM), namun juga tersaji suasana lain. Yakni, anggota Banser dan Kokam bersama-sama melantunkan Mars NU Subbanul Wathan atau Yaa Lal Wathan.
Terlebih, sinau bareng dan salawatan dengan iringan musik Kiai Kanjeng yang dihadiri ribuan jamaah tersebut juga dihadiri Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas. Sausana pun tampak gayeng, namun tetap khidmat. Sesekali diselingi humor khas ’’Kiai Mbeling’’ Cak Nun. Juga, Busyro yang tidak lain teman sekolah Cak Nun di SMA Muhammadiyah 1 Jogjakarta.
’’Yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah itu Islam, yang diperjuangkan oleh NU juga Islam, maka Muhammadiyah dengan NU, Kokam, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Banser, Fatayat, Ansor, harus bersatu memegang tali Allah dan tidak bercerai berai,” kata Cak Nun seperti dilansir website resmi Muhammadiyah.
Menatap masa depan Indonesia yang akan didominasi penduduk usia produktif atau disebut bonus demografi, kata Cak Nun, penataan generasi tersebut harus dimulai dari sekarang. Generasi penerus tidak cukup hanya dibekali kemampuan-kemampuan alat yang operasional saja. Tapi, juga harus disiapkan mental, akhlak yang baik, keimanan yang kuat, sebagai bekal dalam memimpin dan menata peradaban Indonesia, bahkan dunia.
Sebelum dilanjutkan tausiyah Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, jamaah yang membanjiri lapangan PCM Sepanjang dihibur dengan penampilan Banser NU Sepanjang bersama Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam). Mereka melantunkan lagu Yaa Lal Wathoa. Sebelumnya, para jamaah juga menyanyikan Mars Muhammadiyah Sang Pencerah dan Indonesia Raya.
Sementara itu, senada dengan Cak Nun, Busyro yang mantan ketua KPK itu menyampaikan peran Muhammadiyah dalam menyiapkan generasi bangsa yang akan memimpin pada masa depan. Dikatakan, persiapan tersebut harus dimulai dari sekarang. Tidak bisa pemimpin disiapkan dengan cara yang instan. Sebab, hal itu akan berdampak pada kualitas kepemimpinan.
“Pemimpin harus disiapkan yang berkualitas, bukan hanya mengetahui manajerial, tetapi juga kebersihan hati dalam memimpin juga amat diperlukan bagi Indonesia,” ungkapnya.
Karena itu, lanjut dia, Muhammadiyah menyiapkan pendidikan yang memanusiakan manusia. Bukan pabrik yang mencetak lulusan hanya sebagai pekerja. Menyehatkan bangsa dengan membangun rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah, panti asuhan, rumah miskin, dan semua Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di berbagai bidang.
”Semuanya diselenggarakan secara inklusif. Artinya, semua orang bisa merasakan manfaatnya,” kata Busyro.
Dia juga mendukung dan mengapresiasi kolaborasi yang dibangun antara Kokam dengan Banser. Dia berharap, kolaborasi apik yang dibangun antara Muhammadiyah dengan NU di Kecamatan Sepanjang, Sidoarjo, ini juga diterapkan di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. Dengan demikian akan melahirkan keseimbangan dan harmonisasi dalam membangun bangsa dan negara.
Sinau bersama Cak Nun dan Buyro Muqoddas tersebut dalam rangka menyambut musyawarah daerah (Musyda) PD Muhammadiyah Sidoarjo dan juga Muscab PCM Sepanjang. Rencananya, Musyda PDM Sidoarjo akan diselenggarakan pekan depan.