Pameran New Hope di Galeri Nasional Indonesia
Harapan bukan sekadar ilusi abstrak yang muncul dalam pikiran. Harapan adalah doa-doa yang dikumandangkan secara terus-menerus. Dalam pameran New Hope, lantunan doa-doa tersebut tergambar apik dalam 91 karya seni yang disuguhkan 30 perupa.
KE-30 perupa yang ambil bagian di New Hope ini adalah Ana, Andi Prayitno, Ang Che Che, Anis Kurniasih, Antoe Budiono, Budi Asih, Burhanudin Reihan Afnan, Cadio Tarompo, Camelia Mitasari Hasibuan, Chairol Imam, Citra Pratiwi, Dedi Imawan, Dona Prawita Arissuta, Endang Lestari, Friski Jayantoro, Hendra Purnama, I Made Santika Putra, I Putu Adi, Jemana Bayubrata Murti, Nahyu Rahma Fatriani, Ni Nyoman Sani, Suwandi Waeng, Wisnu Ajitama, Lini Natalini, R. Sumantri M.S, Lim Tong Xin (Malaysia), Marisa R. Ng (Malaysia), Sergey Gapanovich (Rusia), Sinisha Kashawelski (Rusia), dan Nadya Korotaeva (Rusia).
Pameran yang digelar Art Xchange Gallery (AXG) bersama Galeri Nasional Indonesia (GNI), Museum dan Cagar Budaya, Kemendikbudristek, tersebut memang tak hanya menampilkan karya perupa dalam negeri. Ada pula perupa luar negeri yang ikut tergabung dalam pameran yang digelar pada 3–23 Februari 2023 di GNI itu. Keikutsertaan mereka diharapkan bisa mewakili pesan universal secara simbolis tentang harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh manusia di dunia.
Kurator pameran Arif Bagus Prasetyo mengungkapkan, pameran tersebut memang dirancang untuk menyuarakan visi tentang harapan. Harapan harus selalu ditumbuhkan dalam kehidupan saat ini yang banyak dihantui kecemasan, ketidakpastian, dan kekalutan akan berbagai hal. Entah itu perang, pandemi Covid-19, dan krisis-krisis lain yang terus mengancam.
Harapan itu diyakininya bisa diterbitkan melalui seni. Sebab, seni memiliki kekuatan untuk menghubungkan, mengomunikasikan, mengubah, dan menyembuhkan. Bahkan, dalam karya yang mengungkapkan tragedi paling menyedihkan sekalipun, seni tetap mengulurkan harapan karena seni memberi keindahan. ”Seni adalah bentuk tertinggi harapan,” ujar Arif, Kamis (16/2).
Ditampilkan melalui karya-karya yang begitu beragam, baik dari sisi subjek, gaya, bahan, konsep, maupun pendekatan artistik, harapan baru dirajut melalui empat kerangka.
Kerangka pertama adalah tema. Ada karya-karya Budi Asih yang mewakili kerangka itu. Seniman bergaya naif tersebut mengumandangkan harapan atas terciptanya kehidupan harmonis antara manusia dan sesama maupun alam melalui keceriaan dunia anak-anak.
Warna-warna cerah sengaja dipilih seolah digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. ”Pesan ekologis serupa juga terpancar kuat dari karya-karya Dedi Imawan, Andi Prayitno, Ang Che Che, Ana, dan I Made Santika Putra,” kata Arif.
Kerangka kedua, ekspresi visual. Sejumlah perupa menerjemahkan ide tentang harapan secara ekspresif dengan bahasa artistik yang meriah dan bergelora. Salah satunya, karya berjudul You are A Hero for Yourself milik Burhanudin Reihan Afnan. Lukisannya seolah meluapkan harapan dalam perayaan riuh garis dan warna.
Lalu yang ketiga, eksplorasi. Dalam seni, harapan dihidupkan kreativitas. Dan, eksplorasi berada di jantung kreativitas. Menurut Arif, beberapa perupa tampak berikhtiar menerabas batas konvensi demi menjelajahi wilayah kemungkinan baru. Misalnya dengan merangkul teknologi mutakhir atau mentransformasi tradisi seperti yang dilakukan Jemana Murti, Dona Prawita Arissuta, Sergey Gapanovich, hingga Cadio Tarompo.
Terakhir, kerangka generasi. Yang mana, kerangka itu diwakili karya-karya sejumlah nama dari generasi baru. Misalnya, I Putu Adi dan Camelia Mitasari Hasibuan.
Arif mengakui, ada tantangan-tantangan yang muncul dalam mempersiapkan pameran tersebut. Salah satunya, masalah waktu persiapan yang sempit. Sebab, jarak antara tanggal diluluskannya proposal pameran oleh GNI dan tanggal pelaksanaan pameran sangat dekat. Yakni, kurang dari dua bulan.