JawaPos.com – Pandemi Covid-19 yang membatasi segala aktivitas dan mobilitas masyarakat berdampak pada hampir seluruh sektor bisnis termasuk sektor transportasi. Namun, setiap perusahaan harus membuat strategi kenormalan baru untuk tetap bertahan menghadapi tekanan.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Sardjono Jhony Tjitrokusumo mengatakan, pihaknya selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) perlu memiliki strategi dalam melayani mobilitas masyarakat yang masih harus beraktivitas di luar rumah. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang sangat ketat guna menekan penyebaran virus Covid-19.
“Wabah Covid-19 telah memberikan tuntutan yang sangat besar bagi para pemimpin di sektor bisnis, mengingat adanya ketidakpastian situasi yang dihadapi dan berdampak pada rencana bisnis yang harus diubah, disesuaikan ataupun ditunda,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (28/7).
Baca Juga: Perubahan Jam Oprasional Transjakarta
Menurutnya, dalam menghadapi situasi saat ini, perlu arah yang jelas dan pola pikir kepemimpinan nasional agar bersama-sama dapat keluar dari krisis pandemi. “Saya pikir dengan adanya kerjasama yang baik di antara kita semua akan membuat kita secara bersama-sama bisa melalui krisis ini,” tuturnya.
Jhony melanjutkan, penyesuaian selama masa pandemi, perseroan juga mendapatkan dukungan dari dari Pemprov DKI Jakarta, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta beserta seluruh insantansi BUMD lainnya untuk bertahan. Selain itu, pihaknya juga menerapkan model kepemimpinan transformasional untuk beradaptasi pada kondisi saat ini.
Jhony mengungkapkan, strategi yang diterapkan dalam bertransformasi diantaranya, memberikan pengaruh kepemimpinan yang transformasional, memberikan inspirasi dan motivasi, pendekatan kepada karyawan, dan simulasi intelektual dalam memandang masalah dari perspektif baru.
“Ini merupakan salah satu pola kepemimpinan yang dapat mengubah visi dan misi menjadi aksi, mentransformasikan individu agar mau berubah ke arah peningkatan kualitas diri,” jelasnya.
Jhony melanjutkan lebih jauh, dalam kondisi pandemi saat ini, titik krisis bukan lagi terletak pada upaya penanganan, melainkan bagaimana perilaku dan pola fikir yang dapat mencegah reaksi yang berlebihan terhadap krisis, serta bagaimana upaya untuk menghadapi tantangan ke depan.
“Dalam hal ini, transformasi dari berbagai sisi tentunya sangat dibutuhkan agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi agar tetap memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan setia,” ucapnya.
Langkah selanjutnya menjadikan katalis bagi perusahaan untuk mempercepat transformasi digital dan transformasi kelembagaan. Saat ini kata dia, pihaknya sendiri sudah mulai melakukan transformasi secara digital mulai dari Wi-fi berkecepatan tinggi, tanpa batas kuota dan tanpa bayar, aplikasi TIJE dengan segudang fitur canggih serta penerapan Face Recognition yang telah diterapkan di lingkup kantor pusat PT Transjakarta, Cawang, Jakarta Timur dan akan segera diterapkan bagi pelanggan sebagai akses memasuki halte.
“Transformasi ini masih akan terus berlanjut. Tidak hanya sebagai upaya bertahan dan melawan wabah, tetapi sebagai jembatan bagi Transjakarta untuk terus berkembang dan beradaptasi mengikuti perkembangan tren dan teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu,” pungkasnya.