JawaPos.com–Keputusan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menunjuk Emil Elestianto Dardak sebagai ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur masih disesalkan beberapa pihak. Yang terbaru, beberapa DPC menanyakan loyalitas Emil Dardak.

Salah satunya Yakup, ketua DPC Demokrat Kabupaten Kediri. Dia mempertanyakan keputusan Badan Pembna Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Partai Demokrat yang memutuskan memilih Emil sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jatim. Sebab, Emil sempat menjadi kader partai lain sebelum bergabung ke Partai Demokrat.

”Hal ini jelas berbeda dengan Bayu Airlangga, calon lain yang didukung beberapa DPC untuk menjadi ketua DPD. Bayu sangat loyal dengan Demokrat,” ujar Yakup.

”BPOKK melihat Emil mampu karena loyal. Memangnya Mas Bayu nggak loyal? Coba lihat, apakah Mas Emil kader asli Demokrat? Pernah di beberapa partai, saya kira kalau alasan DPP loyalitas tidak masuk akal. Mas Bayu jelas membesarkan Demokrat lebih lama,” tambah dia pada Rabu (6/4).

Yakup juga menyinggung jumlah dukungan saat Musda Demokrat Jatim. Dalam Musda yang digelar 20 Januari, Bayu Airlangga meraih dukungan 25 DPC, unggul jauh atas Emil Dardak yang meraih 13 dukungan DPC. Tidak hanya itu, Yakup juga mempertanyakan, kapan Emil Dardak mendaftar sebagai Bacalon Ketua Demokrat Jatim.

”Bahwa dalam musda penetapan bacalon diputuskan dan ditetapkan DPP selambat-lambatnya 7 hari sebelum musda. Lah ini, kita semua sampai H-1 pelaksanaan musda setahu kita hanya Mas Bayu yang telah mendaftar, karena tidak pernah disampaikan Mas Emil mendaftar. Tahu-tahu pas pelaksanaan musda diumumkan ada dua calon,” ungkap Yakup.

Dia menyayangkan sikap tidak demokratis Tim 3 DPP yang dimotori Ketum AHY, Sekjen Teuku Rafli Harsya, dan Ketua BPOKK Herman Khaeron dalam penentuan ketua Demokrat Jatim.

”Saat sambutan, Pak Ketum menyampaikan musda akan berjalan demokratis, tapi nyatanya berlawanan dengan arti demokratis itu sendiri,” ucap Yakup.

Hal serupa diungkapkan Ketua DPC Demokrat Nganjuk, M. Fauzi Irwana. Dia mengaku kecewa usai penunjukan Emil Dardak sebagai Ketua Demokrat Jatim.

Fauzi menyebut, janji DPP soal musda yang demokrasi hanya omong kosong. ”Tentu kita kecewa, apa yang disampaikan pada awal bahwa pemilihan secara demokrasi, nyatanya seperti ini. Teman-teman 25 DPC sangat kecewa dengan keputusan ini,” kata Fauzi.

Dia mengatakan, DPC-DPC pendukung Bayu Airlangga tidak dijelaskan di mana letak kekurangan Bayu. Apalagi, soal jumlah dukungan juga terpaut jauh.

”Kita gak tahu letak kekurangan Bayu tidak terpilih di mana? Mereka mengacu ke PO, kita Musda 20 Januari, 25 DPC lawan 13 DPC itu harusnya jadi pertimbangan. Kalau soal loyalitas, boleh diadu, Mas Bayu loyal ke AHY. Setiap Mas Bayu turun ke lapangan selalu menyampaikan loyal ke AHY, apalagi saat KLB dulu. Kalau Emil sama Bayu, ya jauh, lebih loyal Mas Bayu,” tegas Fauzi.

Fauzi menyebut, ada potensi Demokrat di Jatim terbelah akibat DPP tidak mendengarkan aspirasi di bawah. Di antaranya, beberapa memilih mundur dari kepengurusan atau malah pindah partai.

”Kalau DPP tidak mendengarkan aspirasi bawah, sangat potensi pengurus mundur atau pindah partai. Sebenarnya Ketum AHY baik, tapi saya kira ada pihak yang jadi begal politik, ya yang ada di sekitar Mas AHY itu yang mempengaruhi. Toh kemarin kenapa bukan Mas AHY yang ngumumin? Kok malah BPOKK? Kita prinsip loyal sama Mas AHY,” ucap Fauzi.

By admin