beritaterkini.co.id-BADUNG | Menurut Undang-Undang Kesehatan Permenkes terbaru diamanatkan, bahwa darah itu tidak pernah diperjualbelikan, tetapi ada biaya pengganti buat pengolahan darah, untuk masyarakat yang membutuhkan darah.
“Biaya pengganti proses darah itu adalah biaya dari dokter medis, biaya kantong darah, biaya distribusi dan biaya stok darah yang ada di Rumah Sakit serta distribusinya. Itu sudah diatur Undang-Undang Kesehatan oleh Negara,” kata Ketut Pringgantara selaku Ketua Perhimpunan Donor Darah Indonesia atau PDDI Provinsi Bali didampingi Ketua Umum Pasraman Sarwa Dharma Denpasar Ni Made Ratnadi, S.E., dan Sekretaris Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali I Gusti Made Wisnu Mataram, saat diwawancarai awak media, disela-sela pelaksanaan Donor Darah, serangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-79 dan HUT PDDI ke-46 di The Keranjang Bali, Jalan Raya Ngurah Rai Nomor 97, Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Minggu, 25 Agustus 2024.
Secara pasti, disebutkan darah tidak bisa digantikan oleh apapun, karena darah harus diproduksi oleh manusia itu sendiri, yang kemudian didistribusikan melalui proses pengolahan darah.
Untuk itu, jika ada berita menyatakan darah itu diperjualbelikan itu Hoax, karena tidak ada jual beli darah, yang sesungguhnya
negara bertanggung jawab penuh kepada keselamatan para pendonor darah.
“Itu kena biayanya dan terjangkau oleh BPJS. Nilainya sama se-Indonesia dan seragam. Dengan dikenakan biaya maksimum sesuai ketentuan BPJS dari Negara, sekitar Rp 490.000 dari bulan Januari dua tahun lalu se-Indonesia sudah seragam,” tegasnya.
Mengingat ,2,5 persen dari jumlah penduduk Bali yang berjumlah sekitar 4 juta orang, maka ketersediaan stok darah harus terpenuhi. Hal itu berkisar 200.000-an kantong darah harus terpenuhi setiap tahunnya.
“Namun, kita baru sampai di titik setengahnya dari jumlah total itu. Namun, kami tidak patah semangat untuk terus bekerjasama menggelar Donor Darah,” kata Ketut Pringgantara.
Oleh karena itu, Ketut Pringgantara berupaya setiap hari menghidupkan Lentera Donor Darah untuk memenuhi kebutuhan darah.
“Kami di RS Prof. Ngoerah Denpasar saja sebagai patokan, itu perlu 125 kantong darah setiap hari dan 500 kantong darah setiap bulan,” kata Ketut Pringgantara.
Hal itu berarti, lanjutnya The Keranjang Bali dan Pasraman Sarwa Dharma Denpasar ini disebut sebagai penggiat Donor Darah yang begitu aktif senantiasa berbakti kepada Ibu Pertiwi dengan saluran Donor Darah, yang kini mengambil tagline “Pahlawan Berdarah-Darah, Generasi Milenial Berdonor Darah”.
“Hal ini merupakan kebahagiaan kita bersama. Apresiasi ini juga kami tujukan kepada masyarakat pendonor yang sudah berusia 17 tahun sampai 65 tahun kami ajak dan edukasi untuk berdonor darah,” terangnya.
Melalui Lembaga Pendidikan Kampus, Ketut Pringgantara juga mengajak dan menggaet anak muda milenial yang potensial untuk ikut peduli terhadap aksi sosial kemanusiaan, yaitu Donor Darah.
Mengingat, banyaknya kebutuhan darah, dengan RS Prof.Ngoerah Denpasar sebagai leading sector dari tiga Provinsi meliputi NTB, NTT dan Bali, sehingga stok darah harus berada dalam kondisi aman.
“Jadi, tugas kami bersama PMI Bali sebagai leading sector Donor Darah caranya paling ampuh adalah menghidupkan kembali program Donor Darah di semua daerah,” paparnya.
Khusus di PDDI Bali, lanjutnya program tersebut dinamakan Goes to Campus, yang contoh nyata dilakukan Donor Darah di Kampus Universitas Udayana dengan 13 Fakultas yang diajak berkolaborasi melakukan Donor Darah selama 3 bulan sekali secara rutin.
“Selain Goes to Campus, juga ada Goes to Banjar dan Goes to Milenial kemudian Goes to Mall serta beberapa tempat lainnya yang int pokoknya adalah untuk terus menghidupkan Lentera Donor Darah. Jadi, darah itu datang dan pergi untuk menjaga itu,” sebutnya.
Oleh karena itu, pihaknya terus mengadakan edukasi yang baik tentang Donor Darah melalui lembaga sosial kemasyarakatan dan media massa.
“Media besar sekali jasanya bagi kita dan juga lewat Podcast kita melaksanakan tanya jawab khusus kepada para pendonor pemula, new comer. Hasilnya sekarang mulai nampak meningkat hampir 13 persen dari generasi muda milenial,” jelasnya.
Untuk itu, pihaknya tidak perlu khawatir dan tetap melakukan Donor Darah pengganti. Meski bukan tujuan, namun tetap dilakukan Donor Darah Sukarela yang digaungkan bersama dengan PMI Provinsi Bali.
“Darah kami persembahkan lewat lembaga leading sector yang disebut PMI atau Palang Merah Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, I Gusti Made Wisnu Mataram selaku Sekretaris PMI Provinsi Bali menyampaikan terima kasih kepada PDDI Bali dan Pasraman Sarwa Dharma Denpasar yang melakukan kegiatan Donor Darah, karena setiap hari diperlukan darah sebanyak 125-130 kantong dengan berbagai macam golongan darah.
Untuk itu, pihaknya terus menggencarkan kegiatan Donor Darah lewat bantuan-bantuan dari PDDI Bali untuk memenuhi target akan kebutuhan darah di Bali.
“PMI bekerjasama dengan PDDI Bali sebagai leading sector dan Pasraman Sarwa Dharma Denpasar untuk mencari pendonor darah, sedangkan dari medisnya adalah PMI,” ungkapnya.
Jika ada orang kecelakaan, lanjutnya PMI Bali selalu All Call, yang selaku siap siaga bagi masyarakat yang membutuhkan darah, setiap kegiatan operasional kebencanaan.
“Setiap hari perlu 125-130 kantong darah di Bali dengan berbagai macam golongan darah,” tuturnya.
Selain offline, juga disediakan fasilitas donor darah online, sehingga masyarakat, khususnya anak muda milenial dihimbau berdonor darah, karena aksi sosial kemanusiaan sangat penting untuk membantu jiwa-jiwa sesama, dalam hal berdonor darah.
“Kami harapkan kepada masyarakat, tidak ada ruginya kalau kita berdonor darah, karena itu menyehatkan badan kita, khususnya jantung dan juga berumur lebih panjang,” tambahnya.
Meski kurangnya edukasi tentang Donor Darah, namun pihaknya akan terus bekerjasama dengan organisasi-organisasi kesehatan di Bali.
“Sistem online untuk berdonor darah itu sudah bagus. Sekarang juga khan sudah ada UTD RS Prof.Ngoerah Denpasar, tapi kadang-kadang kebutuhan darah masih kurang, maka di PMI yang siap untuk membantu dalam hal kekurangan stok darah itu,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pasraman Sarwa Dharma Denpasar Made Ratnadi, SE., yang juga Owner The Keranjang Bali yang menyatakan, bahwa Pasraman Sarwa Dharma Denpasar sudah melakukan kegiatan Donor Darah, sejak 5 tahun lalu. Bahkan, pihaknya terus melaksanakan kegiatan Donor Darah, setiap 3-4 bulan sekali melalui satu grup kemanusiaan.
Melalui kelompok sendiri, Made Ratnadi merasa bersyukur ikut berpartisipasi dalam kegiatan donor darah sebanyak 50 orang, saat pertama kali dilakukan Donor Darah.
“Salah satu grup kemanusiaan kami itu adalah Donor Darah. Selain Donor Darah juga ada Bedah Rumah, berbagi sembako dan lain sebagainya. Nah, untuk saat ini Donor Darah kita lakukan setiap 3-4 bulan sekali,” kata Made Ratnadi.
Berselang beberapa waktu, melalui grup Pasraman Sarwa Dharma Denpasar, Made Ratnadi bisa berkolaborasi dengan organisasi terkait yang semakin hari terus bertambah peserta Donor Darah. Khusus hari ini, lanjutnya para pendonor yang ikut serta berjumlah 300 orang.
“Jadi, kami memiliki kelompok bergenerasi, ada yang muda-muda, nanti ikut bergabung. Harapannya, mudah-mudahan bisa berjalan kontinyu setiap tahun,” pungkasnya. (red).
Artikel Darah Tidak Diperjualbelikan, Tapi Ada Biaya Pengganti Pengolahan Darah, Ketut Pringgantara: Itu Biaya Terjangkau Rp 490 Ribu Seragam se-Indonesia pertama kali tampil pada Berita Terkini.