JawaPos.com-Satu kaki Surabaya Bhayangkara Samator (SBS) sudah menapak babak grand final.
Kemarin (13/3) tim asal Kota Pahlawan tersebut menundukkan Jakarta Pertamina Pertamax (JPX) dengan skor meyakinkan 3-0 (25-19, 25-21, 25-23). Laga kedua tim berlangsung di Padepokan Voli Jenderal Polisi Kunarto, Sentul, Bogor.
SBS kini menduduki posisi puncak klasemen sementara dengan lima poin. Sebelumnya, tim juara bertahan itu mengatasi Bogor LavAni 3-2.
Pada laga terakhir pekan depan, Samator menghadapi Jakarta BNI 46. Samsul Kohar dkk hanya membutuhkan satu poin alias kekalahan 2-3 jika ingin memastikan lolos ke grand final.
Pelatih SBS Sigit Ari Widodo menyebutkan, kunci kemenangan tim adalah recovery yang bagus. Sebab, pada hari sebelumnya mereka bermain ketat dengan menghabiskan lima game. ”Kini peluang lolos sudah 80 persen,” ujar Sigit.
Namun, Sigit tidak ingin lengah. Dia belajar dari penampilan JPX saat menghadapi timnya. Dia melihat kubu lawan seolah meremehkan pasukannya.
Ya, dari dua pertemuan di babak reguler, SBS memang kalah dua kali oleh JPX. Masing-masing dengan skor 2-3 di putaran pertama dan 0-3 di putaran kedua.
Pemain SBS Nizar Zulfikar juga menyebut recovery pemain sangat bagus. ”Kalau istirahatnya tidak bagus, pastinya akan keteteran,” ungkapnya.
Pelatih JPX Pascal Wilmar menyatakan, konsentrasi pemain terbelah di laga itu. Sebab, dia menilai tim sering dirugikan wasit. Laga memang terhenti sekitar delapan menit pada set kedua saat kedudukan 23-20 untuk keunggulan SBS.
Kontroversi terjadi ketika pemain SBS Yuda Mardiansyah Putra menjangkau bola di daerah JPX melewati net. Hanya, wasit tidak memberikan angka untuk JPX. Justru untuk SBS. Hal itu membuat JPX protes dan sempat mogok bermain.
Pertandingan akhirnya kembali dilanjutkan setelah pengawas wasit Rudi Dwiprana mengganti Indra Muflih ke Dadan Prarudiana. Nah, banyaknya keputusan wasit yang merugikan JPX itulah yang membuat mental para pemain down. ”Servis sering gagal karena konsentrasi anak-anak turun,” keluh Pascal.