JawaPos.com – Survei lingkungan belajar yang termasuk dalam instrumen Asesmen Nasional (AN) menjadi bahan perbincangan. Sebab, dinilai menjadi alat untuk mendikte pandangan seseorang dalam berkehidupan.

Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji pun mengatakan agar para guru dan kepala sekolah tidak mengisinya dengan jujur. Hal ini guna menghindari pemberian cap kepada sekolah tersebut.

“Jadi saran saya yang nanti mengikuti survei ini, ya nggak usah jujur lah kalau begitu daripada nanti di cap macam-macam,” terang dia dalam diskusi daring Kursus Kilat Menjawab Survei Lingkungan Belajar, Rabu (28/7).

Bisa dibayangkan apabila nantinya Indonesia dipimpin oleh mereka yang tidak menghargai perbedaan, hasil survei tersebut dapat menjadi alat untuk disalahgunakan.

“Sekarang sudah dilabeli, ‘oh ini orang-orang yang tidak bhineka, sekolah atau orang’, kita bisa bayangkan apakah pemerintahan ini berganti atau tidak, sekarang kalau kita kemudian memiliki pemerintahan baru yang cara pandang yang berbeda, ini kan sudah ada label dan itu akan bisa dimanfaatkan oleh siapapun label-label tadi,” imbuhnya.

Menurutnya, cara pandang pribadi adalaj ranah personal. Negara tidak perlu tahu menahu terkait hal tersebut, itulah yang namanya menghormai privasi seseorang, bukan malah melakukan survei.

“Padahal itu adalah personal, ranah pribadi dan begitu itu dilindungi oleh hak asasi manusia, itu dilindungi hak asasi manusia, pandangan saya nggak harus diketahui oleh orang lain ya kan, pandangan saya itu untuk saya sendiri,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kemendikbudristek Anindito Aditomo menuturkan, hal itu ditujukan untuk melihat situasi di dalam sekolah tersebut. Seperti apakah warga pendidikan merasa diterima oleh yang lainnya terlepas dari identitasnya atau malah ada diskriminasi karena perbedaan tersebut.

“Ini bagian dari iklim kebhinekaan dan hasilnya akan kita kembalikan kepada sekolah, apakah sekolah itu sudah cukup aman dan sudah cukup inklusif berkhebinekaan. Apakah merasa diterima atau ada diskriminasi, merasa semua orang menerima dia terlepas dari identitasnya, kaya miskin, suku, ras, itu kita ukur juga,” ungkap dia dalam Persiapan Pelaksanaan AN 2021 secara daring, Selasa (27/7).

By admin