Kolonel Prabowo Setiaji dan Gagasan Ambulans Babinsa yang Cocok untuk Kawasan Pelosok

Bermesin utama motor 250 cc, selain sejumlah peralatan medis, Kolonel Prabowo Setiaji merancang ambulans babinsa yang bisa mengangkut minimal tiga orang. KSAD Jenderal Dudung Abdurachman berjanji memproduksinya secara massal dan membaginya ke koramil-koramil.

SAHRUL YUNIZAR, Jakarta

BARU pertama melihat, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman langsung ”jatuh hati.” Dia pun berjanji mengirimkannya ke setiap koramil.

”Masyarakat butuh fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang bisa masuk sampai pelosok,” kata Dudung pada Rabu (2/3) pagi pekan lalu.

Yang membuat Dudung bungah adalah ambulans babinsa yang lahir dari ide Kolonel Infanteri Prabowo Setiaji. Babinsa adalah bintara pembina desa. Babinsa satuan teritorial TNI-AD yang paling bawah yang berinteraksi langsung dengan masyarakat. Di bawah komando rayon militer (koramil), bagian dari komando distrik militer (kodim) dan komando resor militer (korem), serta menginduk kepada komando daerah militer (kodam).

Tidak seperti ambulans pada umumnya, kendaraan medis hasil gagasan Prabowo tersebut mengandalkan sepeda motor sebagai mesin utama. Dengan kapasitas mesin 250 cc, sepeda motor yang digunakan mampu menarik boks berisi perlengkapan medis. Di dalamnya ada tempat tidur pasien, kursi untuk tenaga medis dan keluarga pasien, kotak P3K, oksigen, meja berisi peralatan bedah ringan, sampai alat pendingin ruangan.

Sampai dengan dihelatnya rapat pimpinan (rapim) TNI-AD 2022 pekan lalu, baru ada lima unit ambulans babinsa yang sudah selesai dibuat. Namun, Dudung berjanji ambulans babinsa diproduksi massal untuk kemudian dibagikan ke koramil-koramil. Tempat pembuatannya berada di Cimahi, Jawa Barat. Di bawah pengelolaan Kolonel Arh Rikas Hidayatullah, sekretaris Dinas Infolahtad. Ambulans babinsa juga unggul dari segi harga. Untuk membuat satu unit, hanya dibutuhkan Rp 70 juta. Bandingkan dengan ambulans pada umumnya yang rata-rata menghabiskan biaya Rp 500 juta.

”Mungkin di kota-kota besar manfaatnya kurang dirasakan. Tapi, di provinsi seperti Maluku yang mayoritas warganya berada di daerah-daerah terpencil, ini mungkin sangat-sangat bermanfaat,” jelas Prabowo yang bertugas sebagai kepala staf Korem 151/Binaiya yang bermarkas di Kota Ambon, Maluku.

Ide Prabowo terpacu oleh fakta memprihatinkan di Maluku: masih tingginya angka kematian. Sekitar 7 persen per tahun yang menjadikan Maluku sebagai provinsi kedua dengan angka kematian tertinggi tahun lalu.

Ada 1.200 pulau di Maluku. Sebagai fasilitas kesehatan terdekat, tidak semua puskesmas memiliki ambulans. Bahkan, tidak sedikit yang belum dilengkapi alat dan peralatan kesehatan memadai. Bisa jadi, kondisi serupa ditemukan di banyak provinsi lain.

”Bagaimana kami bisa memfasilitasi masyarakat di sana untuk berobat. Bahkan, bukan masyarakat yang datang ke puskesmas, melainkan kami yang secara mobile, secara dinamis, datang-mendatangi rumah-rumah,” ungkap dia.

Seperti ambulans pada umumnya, tempat tidur di ambulans babinsa bisa dibongkar pasang. Pasien yang sudah tidak berdaya upaya bisa mereka angkat dengan memakai tempat tidur itu. Kemudian, pasien dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat sambil dipantau secara intens oleh tenaga medis yang turut menyertai perjalanan tersebut.

Dudung sudah memastikan setiap ambulans babinsa akan diawaki seorang tenaga medis dari Angkatan Darat (AD). Dalam kondisi darurat, ambulans babinsa juga bisa digunakan untuk tempat melakukan bedah ringan. ”Para dokter bisa melakukan bedah di lapangan,” katanya.

Saat kali pertama diperkenalkan kepada KSAD, hanya dua ambulans babinsa yang dibuat Prabowo bersama Rikas. Satu dibawa ke Mabes AD. Satu lainnya langsung dikirimkan ke Maluku untuk diuji coba.

Berdasar informasi yang diterima Prabowo, uji coba berjalan lancar dan ambulans babinsa tersebut dapat dioperasikan dengan baik. Fungsi dan kegunaannya juga sesuai dengan harapan Prabowo dan Rikas yang turun langsung selama pembuatan berjalan.

Lantaran hasil uji coba sudah baik, Prabowo menyatakan bahwa pihaknya akan menambah jumlah ambulans babinsa sebanyak 15–20 unit. Semuanya dibuat khusus untuk didistribusikan ke beberapa daerah di Maluku.

Prabowo menjelaskan, pembuatannya tidak butuh waktu lama. Prototipe bisa diselesaikan dalam waktu lima hari. Yang butuh kerja ekstra hanya membuat bagian boks. Sebab, bagian itulah yang dimodifikasi total oleh Prabowo dan Rikas.

Tidak cuma harus mampu menampung sejumlah alat dan peralatan medis, boks itu juga dirancang untuk bisa mengangkut minimal tiga orang. Satu pasien, satu tenaga kesehatan, dan satu keluarga pasien. ”Bisa angkut beban maksimal 750 kilogram,” kata Prabowo.

Pembuatannya juga sederhana. Bagian belakang motor yang mereka beli lantas diubah. Boks dari pabrik mereka cabut kemudian dimodifikasi. Setelah selesai, boks kembali dipasang. Di samping irit biaya produksi, ambulans babinsa cocok digunakan di desa-desa karena biaya operasionalnya juga rendah. Baik untuk bahan bakar, perawatan harian, maupun perawatan bulanan.

”Kami ikhlas dan senang jika nanti ambulans babinsa ini bisa dibuat dalam jumlah lebih banyak,” kata Prabowo.

By admin