JawaPos.com – Direktur Eksekutif INSTRAN Deddy Herlambang menilai bus listrik yang sudah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hanya berdampak kecil untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Tak hanya itu, bus listrik tidak bisa menghilangkan kemacetan yang selalu jadi momok menakutkan warga ibu kota.

Deddy berpendapat, jika hanya TransJakarta yang dielektrifikasi, maka strategi ini kontribusinya sangat kecil dalam menekan polusi Jakarta. Sebab, pengurangan polusi Jakarta tidak cuma dengan mengubah angkutan berbahan bakar fosil menjadi listrik, apalagi hanya TransJakarta.

“Kalau saya pikir bus listrik untuk mengurangi polusinya masih sedikit kontribusinya,” kata Deddy kepada JawaPos.com, Kamis (10/3).

Menurutnya, kehadiran bus listrik tersebut hanya merupakan sekedar promosi angkutan listrik yang diharapkan dapat mendorong minat masyarakat terhadap kendaraan listrik. “Barangkali sekarang promosi angkutan listrik, ke depan kendaraan dinas atau PNS. Lalu kendaraan pribadi segera pindah ke listrik,” kata Deddy.

Deddy memaparkan, untuk mengganti transportasi di Jakarta dari kendaraan berbahan bakar fosil menjadi listrik perlu dukungan dari beberapa aspek. Salah satunya terkait penyediaan SPKLU, hingga pengolahan limbah baterai.

“Penyediaan SPKLU listrik dan pengolahan limbah baterai belum siap. Apalagi baterai mobil besar-besar. Walau kadaluwarsa baterai 5 tahun tapi kan nggak ada jaminan 1-2 tahun tidak rusak. Itu kan sangat beracun nggak hanya bisa dibuang di sungai atau di tanam di tanah,” jelasnya.

Cara Mengurangi Kemacetan

Dia memberikan masukan, untuk mengurangi kemacetan Jakarta, pemerintah dapat menggunakan strategi push and pull. Push yaitu strategi menekan atau memaksa masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum melalui berbagai kebijakan. Sementara Pull, mengajak masyarakat untuk menggunakan angkutan umum karena terjangkau dan nyaman.

Deddy mencontohkan, solusi yang dapat digunakan untuk memaksa masyarakat menggunakan angkutan umum adalah dengan mengenakan tarif parkir yang tinggi pada kendaraan pribadi. Seperti di negara Hongkong dan Jepang. “Orang dari situ mereka kadang enggan punya mobil karena kalau satunya parkir aja mahal. Kalau di sini parkir masih murah,” ucapnya.

Sementara, contoh strategi dalam mengajak masyarakat menggunakan angkutan umum perlu didukung fasilitas dan kualitas angkutan itu sendiri. Hal itu menjadi bagian dari strategi pull setelah push diterapkan. “Promosi angkutan (listrik) itu jangan sampai seperti TransJakarta mobil bagus-bagus tapi rawan kecelakaan orang kan juga jadi mikir,” ucapnya.

By admin