JawaPos.com–Beasiswa untuk siswa SMA yang dijanjikan Pemerintah Kota Surabaya belum juga turun. Seharusnya, sebanyak 14 ribu siswa SMA/SMK/MA yang masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) menerima beasiswa sejak Januari.
Berdasar rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya 2022 yang disahkan pada 10 November, Pemkot bersama DPRD Kota Surabaya menganggarkan Rp 47 miliar untuk program itu.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti menyayangkan keterlambatan pemberian beasiswa tersebut. Program itu disebut menjadi mimpi DPRD sejak dulu.
”Kami senang karena Pemkot dan DPRD Surabaya punya visi sama, yakni untuk memberikan beasiswa pagi pelajar di tingkat SMA/SMK/MA. Dana untuk itu sudah dialokasi di APBD yang sudah disahkan,” kata Reni ketika dihubungi pada Minggu (6/3).
Seharusnya, lanjut dia, sejak Januari, tiap siswa menerima beasiswa berupa uang tunai Rp 200.000. Uang itu diterima langsung ke rekening yang telah didaftarkan.
”Faktanya masih banyak siswa SMA/SMK/MA yang masuk MBR dan terkena beban biaya sekolah. Beasiswa ini sangat dibutuhkan dan meringankan beban siswa,” ujar Reni Astuti.
Politikus PKS itu menysbut, anggaran pendidikan termasuk prioritas. Data yang digunakan pemkot medupakan hasil koordinasi dengan Pemprov Jatim.
”Data sudah ada. Kalaupun (dananya) kurang, kan bisa dikoordinasikan dengan DPRD. Bisa juga masuk di PAK (Perubahan Anggaran Keuangan),” papar Reni Astuti.
Reni menyebut sering terjun ke masyarakat. Kabar beasiswa SMA/SMK/MA yang terlambat itu juga didengarnya dari masyarakat. Sebab banyak yang mengeluhkan hal tersebut.
”Contoh, misalnya ketika Kamis (4/3), saya dapat laporan di wilayah Putat Jaya. Ini keluarga MBR dan orang tua tidak ada pekerjaan,” jelas Reni Astuti.
Ayah dari pelajar SMK swasta itu bekerja sebagai tukang. Saat ini tidak ada pekerjaan.
”Anak bungsu, SMP sudah bebas biaya. Anak sulung SMK swasta. SPP Rp 250.000 per bulan. Ini akan terbantu dengan beasiswa,” ujar Reni Astuti.
Dia berharap, dengan program beasiswa yang sudah disetujui DPRD bisa memperkuat dan memperbaiki kualitas pendidikan di Kota Surabaya.
”Minimal anak-anak tidak putus sekolah. Jadi minimal lulus SMA/SMK/MA atau kalau bisa ya perguruan tinggi,” kata Reni Astuti.
Berdasar APBD, syarat penerima beasiswa pelajar SMA/SMK/MA adalah siswa dari keluarga MBR dan berprestasi akademik/non akademik. Jadi walaupun bukan MBR tapi sudah berprestasi juga bisa. ”Ini memacu semangat untuk belajar dan membantu warga MBR,” ucap Reni Astuti.
Reni mengingatkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji untuk segera merealisasikan program beasiswa tersebut. Sebab, hal itu telah termaktub dalam janji politik pemimpin daerah.
”Saya mendorong dan berharap mudah-mudahan Maret ini beasiswa dicairkan kepada warga dan siswa dari keluarga MBR,” ujar Reni Astuti.