JawaPos.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa ekonomi global menghadapi kondisi ketidakpastian. Kondisi itu berimbas pada kenaikan harga sejumlah produk.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengatakan, peringatan Presiden harus disikapi dengan bijak dan tidak perlu memunculkan kekhawatiran secara berlebihan. Kondisi itu harus dijadikan momentum untuk mulai menguatkan produksi dalam negeri dan mengurangi konsumsi barang-barang impor.
“Apa yang disampaikan bapak Presiden mengandung satu pesan kunci, yakni kita harus berani berubah dan berani mengubah,” kata Edy Priyono kepada wartawan, Minggu (6/3).
Menurut Edy, ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan. Ditambah pula munculnya konflik Rusia-Ukraina. Hal itu berimplikasi pada produksi dan konsumsi.
Dari sisi konsumsi, lanjut Edy, masih ada ketergantungan terhadap barang-barang impor. Contohnya LPG, kedelai, dan gandum. Semua komoditas itu mengalami lonjakan harga. Dalam jangka pendek, pemerintah tidak punya banyak pilihan. Tetap mempertahankan harga agar tidak naik dengan memberikan subsidi.
“Pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 11 ribu per kilogram sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kilogram dengan harga yang terjangkau,” terang Edy.
“Kalau kondisi ini berlangsung lama tentu akan memberatkan keuangan negara. Karena itu, solusi jangka panjangnya kita harus mendorong produksi dalam negeri agar ketergantungan pada barang impor bisa dikurangi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan DME yang bahan bakunya batubara,” jelasnya.
Edy menghimbau masyarakat agar ikut andil dalam pengurangan konsumsi barang-barang kebutuhan impor. Seperti gandum yang menjadi bahan baku roti dan mi. Dia menilai sudah saatnya masyarakat bergeser ke produk karbohidrat lain yang dihasilkan dari dalam negeri.
“Singkong, ubi, porang, itukan penghasil karbohidrat yang bisa kita hasilkan sendiri. Tentu tidak mudah mengubah pola konsumsi. Tapi kita mesti mengarah ke sana,” ajak Edy.
Seperti diketahui, beberapa pekan terakhir sejumlah harga bahan pokok meningkat. Kenaikan dipicu oleh beberapa faktor seperti antisipasi tingginya permintaan, dan konflik Rusia-Ukraina. Beberapa kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga diantaranya, LPG non Subsidi, BBM nonsubsidi, kedelai, dan daging sapi.