Mudjiati merawat cucunya sejak bayi. Namun, dia merasa perjuangannya membesarkan sang cucu sia-sia setelah tahu balita 4 tahun itu meninggal dibunuh ibu kandungnya.

LUGAS WICAKSONO, Surabaya

MUDJIATI tidak kuasa menahan tangis saat mendengar jaksa Maryani Melindawati membacakan surat dakwaan terdakwa Ari Sulistyo yang membunuh anak kandungnya yang masih berusia 4 tahun, Muhammad Teguh Prakoso. Ari adalah anak kandung Mudjiati dan almarhum Teguh merupakan cucunya. Mudjiati punya kedekatan emosional dengan almarhum karena merawatnya sejak kecil.

”Sejak usia 40 hari, Teguh dititipkan ke saya karena sakit keras. Dia (Ari) yang datang ke rumah saya sambil bawa anak,” ungkap Mudjiati saat memberikan keterangan sebagai saksi dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya Kamis (24/2).

Dua bulan setelahnya, Ari datang lagi untuk mengambil anaknya. Namun, baru dua hari dirawat ibu kandungnya, Teguh sakit-sakitan. Ari menyerahkan lagi anaknya kepada ibunya untuk dirawat. ”Sampai Teguh berusia 3 bulan, dia (Ari) sudah tidak pernah kirim susu dan apa pun,” katanya.

Ari juga disebut tidak pernah menengok anaknya di rumahnya di Kenjeran. Mudjiati dan Ari juga tidak pernah berkomunikasi selayaknya ibu dan anak. Hingga kemudian, pada 17 Oktober 2021, Ari datang ke rumahnya untuk mengambil anaknya. Alasannya, Teguh akan mulai disekolahkan. Sempat terjadi cekcok dan tarik-menarik karena Mudjiati sempat menolak menyerahkan cucunya.

Mudjiati tidak mengizinkan cucunya dirawat ibu kandungnya karena berdasar pengalamannya Teguh selalu sakit ketika dirawat Ari. Namun, akhirnya Mudjiati menyerahkan cucunya untuk dirawat anaknya. Ari membawa Teguh ke kosnya di Jalan Sidokapasan.

Dua pekan setelah cucunya diserahkan kepada anaknya, apa yang dikhawatirkan Mudjiati terjadi. Dia memperoleh kabar dari saudaranya bahwa Teguh sudah meninggal. Kabar itu didapat setelah saudaranya tahu bahwa Ari sedang mengurus surat kematian anaknya di ketua RT setempat pada 9 November 2021.

”Saya langsung meminta sepupu saya itu mengantar saya ke tempat kejadian. Di sana ternyata jenazahnya sudah berada di mapolsek,” katanya.

Mudjiati bergegas menuju Mapolsek Simokerto. Di sana dia untuk kali pertama melihat cucunya sudah tidak bernyawa. ”Kondisinya sangat mengenaskan. Matanya lebam, sekujur tubuh lebam, hidungnya mengeluarkan lendir. Dari mulut keluar busa kecokelatan. Kakinya lebam. Saya tidak tahu penyebab kematiannya,” ungkapnya.

Dia lantas bertanya kepada Ari mengenai penyebab kematian cucunya. Namun, anaknya tidak memberikan jawaban yang memuaskan. ”Dia bilang Teguh jatuh sendiri. Dia bilang tidak meracuni. Dari jawabannya itu saya sakit hati dan melaporkannya ke Polsek Kapasan,” kata Mudjiati.

Sementara itu, Ari mengaku membunuh anaknya karena kesal. Sebab, selama tinggal bersamanya, Teguh enggan berbicara dengannya. Ari awalnya tidak berniat membunuh anak sendiri, tetapi menganiayanya. Diharapkan, Teguh bersedia berbicara dengan ibunya. Namun, Teguh yang merasa tidak nyaman dengannya tetap bungkam. 

By admin