JawaPos.com – Kegiatan usaha di masa pandemi Covid-19 telah masuk masa pemulihan. Namun, untuk bisa terus bertahan, pelaku usaha perlu memiliki modal dalam menjalankan bisnisnya.
Dalam hal ini, koperasi menjadi salah satu tempat peminjaman modal bagi para pelaku usaha. Seperti yang dilakukan oleh Koperasi Produsen Perikanan Laut (KPPL) Ngupaya Mina yang memberikan modal bagi nelayan di Indramayu, Jawa Barat.
KPPL Ngupaya Mina yang telah berdiri sejak tahun 1968, terus mengalami perkembangan usaha. Saat ini, usahanya meliputi usaha pelelangan ikan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), dan merintis warung serba ada (Waserda) untuk perbekalan nelayan yang menjual sembako, peralatan mesin hingga jaring ikan.
Penata Usaha KPPL Ngupaya Mina, Suwendi (30) mengatakan bahwa anggota koperasi saat ini berjumlah 40 orang. Rata-rata anggota koperasinya ini memiliki profesi sebagai nelayan, termasuk anak muda juga mulai menggeluti pekerjaan ini.
Ia pun menyampaikan siklus penangkapan ikan di wilayahnya ini terbagi dalam 3 sesi, yakni Januari-April yang merupakan peak season, Mei-Agustus mid season dan hingga akhir tahun adalah masa-masa low season.
“Ikan yang didapatkan bisa langsung dijual di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di PPI Dadap. Komoditi yang paling banyak ditangkap adalah ikan teri, tapi ada juga bawal, tongkol, dan kembung,” tutur Suwendi.
Rata-rata nelayan menggunakan sistem one day fishing, berangkat melaut jam 06.00 dan pulang jam 12.00. Hal ini dikarenakan belum ada cold storage untuk penyimpanan ikan.
“Koperasi juga belum punya drying oven untuk pengeringan ikan sehingga masih mengandalkan sinar matahari,” tambah dia
Dirinya pun menuturkan, saat ini para nelayan dapat dengan mudah memenuhi perbekalan melaut. Hal ini terjadi karena adanya pinjaman modal dari Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP).
“Sekarang permodalan alhamdulillah untuk perbekalan. Jadi kalo melaut gak bingung-bingung lagi soal perbekalan. Bekal untuk berangkat melaut seminggu Rp 25 juta. Kalau ada yang mau pinjem seminggu Rp 20 juta ya dikasih,” jelas dia.
Pinjaman modal yang diterima koperasi disalurkan kembali kepada para nelayan. Nelayan membeli berbagai barang untuk bekal melaut dengan cara utang, kemudian pembayarannya dicicil dengan hasil tangkapan yang didapatkan.
“Terutama untuk beli jaring yang harganya mahal dan selalu dibutuhkan,” ucap Suwendi.
“Ingin top up (menambah pinjaman) ke LPMUKP sehingga bisa membeli cadangan jaring untuk stock, sehingga ketika harga jaring naik, koperasi bisa menjual dengan harga standar (harga stabil),” sambungnya.
Menurutnya, proses peminjaman kepada LPMUKP ini sangat mudah sehingga banyak nelayan yang telah merasakan manfaatnya.
“Harapannya kalo ke depan bisa ambil kredit lagi, Waserda mau saya besarin. Kalo orang butuh, kita bisa melayani,” tandasnya.