JawaPos.com- Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) bakal melakukan syiar lingkungan. Yakni, Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN). Dalam ekspedisi yang dimulai awal Maret hingga Desember mendatang, ada tim ESN akan mengunjungi 68 sungai di Indonesia.
Kemarin (27/2), tim melakukan soft launching program ESN tersebut di Kedai Tanah Senja, Wonosoalam, Jombang, Jawa Timur. Hadir dalam kesempatan itu para jurnalis, mahasiswa, perwakilan dinas lingkungan hidup (DLH) hingga polisi sungai dari SMPN 1 Wonosalam.
Menurut Prigi Arisandi, direktur Ecoton Foundation, ESN bakal menempuh perjalanan selama 300 hari. Tim akan mendokumentasikan kondisi 68 sungai nasional dan sungai strategis.
‘’Sebelumnya, kami sudah melakukan jelajah beberapa sungai besar di Pulau Jawa. Nah, kami akan meneruskan upaya syiar kondisi sungai itu dengan mengunjungi 68 di Nusantara,’’ katanya.
Rencananya, perjalanan akan dimulai dari Sungai Brantas di Wonosalam, Jombang. Selanjutnya, menuju ke Cilacap ada Sungai Serayu. Kemudian, berlanjut ke Sumatera. ‘’Dari Belitung, kami akan menyeberang ke Pontianak, Kalimantan Barat,’’ paparnya.
Di Kalimantan, tim ESN direncanakan akan menjelajah kondisi sungai selama dua bulan. Setelah itu, perjalanan akan dilanjutkan ke Sulawesi, Maluku, Papua. Pada Oktober, perjalanan akan sampai di Nusa Tenggara, kemudian ke Pulau Bali dan berakhir di Pulau Jawa pada Desember.
‘’Tujuan kami ingin menunjukkan apakah kondisi sungai-sungai Nusantara baik-baik saja atau sudah tercemar,’’ kata alumnus Biologi Universitas Airlangga Surabaya itu.
Amirudin Mutaqin, tim riset senior Ecoton, menyebutkan bahwa tim ESN akan mendeteksi kesehatan sungai, mendokumentasikan dan membuatnya menjadi sebuah film dokumenter. ‘’Kami juga ingin membentuk komunitas-komunitas penjaga sungai Indonesia,’’ jelas alumnus Teknik Lingkungan UPN Jatim itu.
Amir menjelaskan, sebelumnya dalam beberapa kali ekspedisi sungai di Pulau Jawa pada 2021, ditemukan banyak terkontaminasi partikel mikroplastik. Beberapa sungai itu seperti Sungai Brantas, Bengawan Solo, Ciliwung, dan Citarum. Ikan-ikan di sungai itu pun terpapar mikroplastik.
‘’Dari temuan kami, diketahui dalam ikan nila di beberapa sungai itu, kandungan mikroplastiknya cukup tinggi. Sehingga cukup mengkhawatirkan kalau konsumsi,’’ kata Amir.
Dia menegaskan, paparan mikroplastik itu menjadi satu cerminan buruknya kondisi air sungai. Sekaligus, lanjut dia, juga bukti buruknya pengelolaan sungai dari sampah. Terutama sampah plastik yang dibuang ke sungai. ‘’Sebanyak 80 persen sampah plastik di perairan laut juga berasal dari sungai-sungai,’’ pungkasnya.
Dalam soft launching kemarin, juga didemonstrasikan temuan kandungan mikroplastik dari beberapa sampel oleh mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Salah satu di antaranya ar sungai Wonosolam yang terbilang masih bersih. Lalu, durian Wonosolam juga nihil kandungan mikroplastik.