JawaPos.com – Sejumlah negara secara bertahap melonggarkan pengetatan dan pembatasan berbagai kegiatan sosial menyusul puncak gelombang Omicron yang mulai turun. Meski demikian, epidemiolog memperingatkan jika ceroboh, pandemi yang diprediksi bisa rampung akhir tahun ini dapat molor lagi.

Dalam beberapa hari terakhir, negara-negara, terutama di Eropa seperti Swedia, Jerman, dan Austria, melaporkan rencana mereka untuk merenggangkan protokol kesehatan seperti peningkatan kapasitas tempat-tempat umum serta izin bagi kerumunan terbatas. Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyebutkan bahwa pelonggaran beberapa negara didasarkan pada setidaknya empat aspek kondisi kesehatan di negara-negara tersebut.

Faktor pertama, kata Yoga, adalah menurunnya kasus harian. Beberapa negara melihat bahwa puncak gelombang Omicron terlampaui. Faktor kedua adalah persentase penduduk yang mendapatkan vaksin lengkap sudah cukup banyak. ”Artinya, lebih dari 80 persen penduduk negara tersebut,” kata Yoga kemarin (20/2).

Selain dua vaksin utama, populasi masyarakat yang mendapatkan suntikan ketiga alias booster juga sudah cukup banyak. Kemudian, faktor keempat adalah kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin hari semakin baik dalam mengantisipasi lonjakan kasus.

Sementara itu, menurut epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, pernyataan berbagai pejabat dunia soal keluar dari pandemi lebih disebabkan dorongan politik dan ekonomi daripada berdasar indikator kesehatan. ”Secara global policy, secara de facto dan de jure, kita masih pandemi. Saya khawatir ini (pernyataan keluar dari pandemi, Red) malah delusi,” ujar Dicky.

By admin