JawaPos.com–Pedagang pasar mengeluhkan kelangkaan tempe di Kota Surabaya. Sejak kemarin (20/2), pasokan tempe di Kota Surabaya menipis.
Fathoni, salah satu penjual tahu dan tempe di Pasar Tambahrejo mengatakan, sejak kemarin hanya menjual 10 potong tempe. Tak butuh lama langsung ludes dibeli.
”Entek ket wingi (habis dari kemarin). Jual cuma sedikit. Nggak banyak dari agen,” kata Fathoni pada Senin (21/2).
Harga tempe berukuran 7×3 cm itu pun mengalami kenaikan. Bila biasanya dibanderol harga Rp 3.000, kini meningkat hingga Rp 5.000.
”Nggak nutut kalau dijual harga biasanya. Harga kulak (beli) sudah tinggi,” ujar Fathoni.
Hal serupa diakui Siti, penjual di Pasar Genteng Surabaya. Dia mengaku sejak kemarin tak lagi menjual tahu.
”Tempe wis (sudah) langka. Soalnya nggak banyak yang dijual (oleh agen). Masio onok (kalaupun ada), pasti langsung ludes,” kata Siti.
Pembeli membeli tempe dan tahu dalam jumlah banyak. Sebab pembeli sudah mengetahui bahwa tahu dan tempe akan langka selama seminggu ke depan.
”Sudah aku kasih tahu kalau seminggu ini perajin nggak bikin lagi. Mogok kerja. Kedelai larang (mahal),” terang Siti.
Kabar itu diakui Ghofur R., perajin tempe di Kampung Tempe Tenggilis Surabaya. Seluruh perajin tempe di Kota Surabaya sedang mogok produksi. Mulai hari ini (21/2), tidak ada tempe di Kota Surabaya.
”Hari ini (21/2) nggak ada tempe istilahnya. Kalau produksinya sudah kemarin, 2 hari lalu. Hari ini nggak ada,” ucap Ghofur.
Ghofur mengaku kecewa dengan pemerintah. Sebab kelangkaan dan harga kedelai mahal selalu berlangsung tiap tahun, namun tidak ada tindakan.
”Tiap tahun (kondisinya sama). Makanya saya mesti naikkan surat (mogok kerja) perajin tempe. Kesal kok tiap tahun begini. Nggak ada tindakan pemerintah. Tahun lalu, tahun 1986 kita bisa swasembada beli kenapa sekarang nggak bisa, padahal teknologi lebih maju,” tutur Ghofur.