JawaPos.com- Persediaan darah di layanan Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Sidoarjo sempat aman. Namun, kini kembali menipis. Darah yang biasanya berjumlah lebih dari seribu kantong, kemarin (20/2) tinggal 752 kantong. Stok paling sedikit adalah darah jenis whole blood (WB).
Jenis darah yang banyak digunakan untuk transfusi itu saat ini tidak sampai seratus kantong. Tepatnya, tinggal 76 kantong. Stok darah lain yang juga mengkhawatirkan adalah jenis trombosit. Hingga sekarang permintaan masih tinggi. Padahal, stok tinggal 105 kantong lagi.
Manajer Kualitas UTD PMI Sidoarjo Moch. Asyik Yusak menyatakan bahwa stok darah krisis sejak dua pekan lalu. Banyak kegiatan donor darah massal yang terjadwal akhirnya dibatalkan. ”Kalaupun jadi terselenggara, pendonornya tidak maksimal. Dari 50 pendonor yang terdata, ada yang mendonorkan darah sebanyak 20 orang saja itu sudah sangat baik,” ungkapnya.
Saat ini jumlah pendonor menurun. Kondisi pandemi yang mulai naik lagi kasusnya, berpengaruh pada angka perolehan darah. Ada sebagian pendonor yang terpaksa menunda melakukan donor hingga kondisi dinilai lebih aman. Ada juga yang ingin berdonor, tapi kondisi badan tidak fit.
Untuk mengatasi agar krisis darah tidak makin parah, pihak UTD PMI terus melakukan jemput bola. Yakni, dengan mendatangi instansi atau kegiatan yang mengadakan donor darah massal. Selain itu, bus donor darah di depan GOR Delta dan layanan donor darah di kantor UTD tetap dibuka.
”Sebenarnya saat ini para pendonor tetap bisa donor darah seperti biasanya. Kami menerapkan prokes dan skrining yang ketat,” jelas Yusak.
Selain itu, untuk memenuhi permintaan trombosit yang tinggi, pihak UTD dapat mengambil trombosit dari pendonor dengan mesin aferesis. Melalui mesin tersebut trombosit dari pendonor bisa diperoleh dalam jumlah banyak. Lebih banyak sepuluh kali lipat jika dibandingkan dengan trombosit yang diolah dari darah segar pendonor.