JawaPos.com – Selter isolasi bagi warga yang terpapar Covid-19 sepertinya belum berfungsi optimal. Hingga Rabu (28/7), belum banyak warga yang memanfaatkan fasilitas isolasi dari Pemkab Sidoarjo tersebut. Bahkan, masih ada selter yang kosong. Belum ditempati warga yang terkonfirmasi positif.
Salah satu tempat isolasi yang belum berpenghuni adalah Puskesmas Porong. Menurut Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori, saat ini konsumsi yang disediakan tim dapur umum untuk warga isolasi di selter masih sedikit. ’’Makanan dari tim dapur umum hari ini (kemarin, Red) untuk 88 orang. Itu bukan hanya untuk warga yang isolasi, melainkan sudah termasuk untuk para tenaga kesehatan (nakes) dan petugas lain di selter,’’ ujarnya.
Jumlah tersebut, menurut Dhamroni, masih sedikit jika dibandingkan dengan angka warga yang positif. Namun, dia mengakui bahwa banyak warga yang memiliki tempat isolasi di rumah. Masih ada warga yang keberatan jika kondisi isolasi terungkap di masyarakat. Terlebih jika harus dijemput tim medis yang menggunakan hazmat.
Kepala Dinkes Sidoarjo drg Syaf Satriawarman SpPros juga mengakui bahwa belum banyak selter isolasi di Sidoarjo yang mengisi. Di selter terbesar mal pelayanan publik (MPP) baru diisi sembilan orang. Padahal, jumlah kasus aktif masih tinggi. Masih ada sekitar dua ribu orang. Enam ratus orang di antaranya menjalani isolasi dan perawatan di RS.
Artinya, masih ada 1.400 warga yang menjalani isolasi di tempat lain. Paling banyak, warga menjalani isoman di rumah. ’’Memang, tingkat kesembuhan warga yang isoman di rumah lebih cepat daripada mereka yang isolasi di tempat lain. Mungkin karena mereka merasa nyaman, masih bisa mendengar suara keluarga di rumah,’’ ujarnya.
Faktor psikologis dalam penyembuhan dan pemulihan warga terpapar Covid-19 sangat berpengaruh. Menurut Syaf, minimnya warga yang isolasi di selter bukan karena persyaratan yang rumit. Bahkan, warga tidak perlu melapor ke pihak tertentu untuk menjalani isolasi. Bisa langsung datang untuk isolasi dengan membawa bukti bahwa mereka positif Covid. Juga identitas sebagai warga Kota Delta.
Masih banyaknya warga yang isoman itu juga memengaruhi angka kematian. Sebab, warga yang terpapar virus korona dan meninggal tidak hanya yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka yang tengah isoman di rumah pun ada. Meskipun, jumlahnya tidak sebanyak di rumah sakit.
’’Dari grup desa, selama dua hari ini tidak ada pengumuman warga yang meninggal. Tapi, selama ini, memang pelaporan sering terlambat,’’ lanjut Syaf. Ada yang melaporkan dalam waktu tiga hingga empat hari setelah ada warga yang meninggal.
Untuk meringankan beban warga, tiap kecamatan dibantu peti mati. Peti portabel tersebut diberikan untuk 18 kecamatan di Sidoarjo. Setiap kecamatan mendapat jatah 10 hingga 15 peti. Semua kecamatan sudah mengambil peti dari salah satu pengusaha di Kota Delta itu. Tinggal 15 peti mati untuk Kecamatan Tanggulangin yang masih ada di lobi kantor dinkes.