JawaPos.com- Kerja keras semua elemen dalam penanganan kasus Covid-19 di Kota Surabaya, membuahkan hasil positif. Per Rabu (11/9), Kota Pahlawan akhirnya bisa mentas kembali dari zona merah atau risiko tinggi. Kini, Surabaya termasuk salah satu di antara kabupaten/kota di Jatim yang berada di zona oranye atau risiko sedang.
Update terbaru perubahan zonasi tersebut diumumkan dalam laman Pemprov Jatim. Skor Kota Surabaya per 11 Agustus 2021 adalah 1,86. Sehari sebelumnya atau pada 10 Agustus 2021, skornya masih 1,56. Artinya, ada kenaikan cukup signifikan. Yakni, 0,3 poin.
Untuk diketahui, satgas penanganan Covid-19 pusat, menetapkan zonasi risiko suatu daerah selama masa pandemi ini dengan mengacu sejumlah indikator. Yakni, kelompok indikator surveilans, epidemiologi, dan pelayanan kesehatan. Nah, dari masing-masing indikator itu ditentukan skor dan pembobotan yang menggambarkan risiko di wilayah tersebut.
Setelah dilakukan pendekatan dan penghitungan, maka dilakukan skoring dan pembobotan sehingga terbagi 4 warna zona. Yakni, hijau, kuning, oranye, dan merah. Warna itu mengacu warna kebencanaan yang lazim digunakan untuk mengidentifikasi risiko wilayah. Selain itu, sesuai rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO).
Zona merah atau risiko tinggi jika sebuah daerah memiliki skor 0-1,80. Risiko sedang atau zona oranye, skornya 1,8-2,40. Risiko rendah atau zona kuning, skornya 2,41-3,00, dan zona hijau atau tidak ada kasus baru, skornya di atas 3,00. Nah, karena Kota Surabaya saat ini telah memiliki skor 1,85, maka masuk dalam kategori zona oranye.
Pemkot Surabaya juga memiliki zonasi pengendalian Covid-19 yang tertuang dalam surat edaran wali kota. Yakni, zona hijau tidak ada kasus dalam satu RT (rukun tetangga), kuning terdapat 1 kasus positif Covid-19, dan merah terdapat lebih dari 1 kasus. Nah, dari laman lawancovid-19surabaya.go.id, per 10 Agustus 2021, mayoritas RT di Kota Surabaya masuk zona hijau. Perinciannya, jumlah RT hijau sebanyak 9.859, RT kuning 252, dan RT merah hanya 48.
Menanggapi itu, Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono turut bersyukur. Dia menilai penanganan Covid-19 di Surabaya tidak lepas dari peran Wali Kota Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Armudji. Selain itu, juga jajaran TNI-Polri dan segenap stakeholder yang terus bersinergi dan bekerja keras agar persebaran Covid-19 bisa ditekan semaksimal mungkin. ‘’Tentu termasuk partisipasi warga Surabaya yang selama menjalani PPKM terus mau patuh aturan dan disiplin prokes,” ujarnya Rabu malam (11/8).
Politikus yang akrab disapa Awi itu mengatakan, selama ini memang banyak terobosan yang sudah dilakukan pemkot. Mulai membangun rumah sakit darurat di Lapangan Tembak dan Gelora Bung Tomo (GBT), rumah sehat, bantuan untuk pasien isoman, hingga menggenjot percepatan vaksinasi. Realokasi dan refocusing anggaran yang digelontorkan terbilang terukur dan tepat sasaran.
Secara khusus, mantan wartawan Tempo ini juga menilai tingkat kesadaran masyarakat Kota Surabaya semakin tinggi dalam menjaga prokes. Termasuk dalam bergotong royong, saling membantu untuk aksi kemanusiaan. “Dewan sudah mendapat laporan dari pemkot, belakangan banyak pasien Covid-19 sembuh. Sebaliknya, fatality rate (angka kematian) menurun,’’ ucap Awi.
Kendati demikian, lanjut dia, pihaknya mewanti-wanti agar kondisi Surabaya yang melandai ini tidak membuat euforia berlebihan. Semua elemen mesti tetap mematuhi prokes dan aturan pemerintah. Sebab, sejauh ini Surabaya Raya masih dalam PPKM level 4. “Bersama pemkot, kami akan memulai menggalakkan program-progam pemulihan ekonomi dan itu sudah dituangkan ke dalam RPJMD wali kota sebagai wujud pertanggungjawaban atas janji politiknya,” terangnya.
Awi berharap, semua pihak terus bahu membahu dan bergotong royong dalam menangani pandemi Covid-19 ini. Sebab, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Peran pihak swasta dan masyarakat pada umumnya, ke depan sangat dibutuhkan. “Kami semua berharap pandemi ini segera berakhir dan perekonomian daerah kembali pulih,” jelas ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya itu.
Warning agar warga Surabaya tidak euforia berlebih lantaran kasus Covid-19 telah melandai tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, data dari Pemprov Jatim, sampai 11 Agustus 2021, masih ada sebanyak 4.501 kasus aktif di Kota Surabaya. Tambahan kasus positif harian juga masih relatif tinggi.
Berbeda dengan Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Gresik yang berada dalam satu wilayah aglomerasi, hingga Rabu (11/8) masih berada di zona merah atau risiko tinggi. Data dari Pemprov Jatim, Sidoarjo masih memiliki skor 1,57 atau ada perbaikan 0,14 poin dibandingkan skor sehari sebelumnya. Jumlah kasus aktif di Sidoarjo tercatat 1.895 orang.
Sementara itu, untuk Gresik, skornya saat ini 1,8. Sehari sebelumnya, skornya 1,46 atau ada perbaikan 0,34 poin. Tinggal 0,01 poin lagi, Kota Pudak pun akan ikut mentas dari zona merah dan kembali ke zona oranye. Hingga 11 Agustus, jumlah kasus aktif di Gresik masih ada 938 orang atau berkurang 130 orang dibandingkan sehari sebelumnya.