JawaPos.com – Penurunan kasus positif harian terlihat di Jawa-Bali. DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten mencatatkan tren yang mulai melandai. Sebaliknya, di tiga provinsi lain, belum ada penurunan kasus yang stabil dan malah cenderung naik.
Yakni, di Bali, DI Jogjakarta, dan Jawa Tengah.
Hal serupa terjadi pada tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau BOR. Kecuali Jogjakarta dan Bali, lima provinsi lain mengalami penurunan. Provinsi Bali mencatatkan BOR 77,87 persen dan DI Jogjakarta 86,66 persen. ’’Jogjakarta dalam beberapa hari terakhir memang sudah agak rata, tapi belum menurun,’’ jelas Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah kemarin (28/7).
Dewi mengatakan, menurut beberapa diskusi sebelumnya, dampak pengetatan selama PPKM darurat baru akan terlihat minimal setelah tiga minggu. Saat ini, kondisi tersebut mulai bisa dilihat. ’’DKI Jakarta naik menuju puncak, lalu turun. Sempat mencapai 100 ribu kasus aktif, kemudian sudah di bawah 60 ribu, 50 ribu sekarang. Sudah jauh berkurang,’’ terangnya.
Tren melandai dan menuruni puncak itu merupakan hasil yang diharapkan terjadi dengan berbagai intervensi pemerintah. Mulai level terkecil hingga level nasional.
Sementara itu, permasalahan terkait Covid-19 bukan hanya soal layanan kesehatan dan pengobatan. Pandemi juga mengakibatkan jumlah limbah medis melonjak. Presiden Joko Widodo pun meminta jajarannya memperhatikan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis Covid-19 secara sistematis. Dana yang tersedia perlu diintensifkan untuk membuat sarana pengolahan limbah medis selama pandemi. Anggaran yang diproyeksikan untuk membuat sarana insinerator itu mencapai Rp 1,3 triliun.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Akui Testing Covid-19 Turun saat Hari Libur
Setelah rapat terbatas kemarin, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menuturkan, hingga 27 Juli 2021, limbah medis Covid-19 mencapai total 18.460 ton. Meliputi infus bekas, masker, botol vaksin, jarum suntik, berbagai alat pelindung diri (APD), serta alat PCR dan swab antigen. Limbah tersebut berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, RS darurat, serta wisma tempat isolasi dan karantina mandiri.
Limbah medis 18.460 ton itu, kata dia, belum menggambarkan jumlah sesungguhnya. Dari perkiraan asosiasi rumah sakit, limbah medis mencapai 383 ton per hari.
Di sisi lain, kapasitas fasilitas pengolah limbah B3 medis sebesar 493 ton per hari. Persebarannya hanya di Pulau Jawa. Dengan demikian, limbah dari luar Jawa sulit diolah. ’’Arahan Bapak Presiden, persoalan untuk menghancurkan limbah medis infeksius harus segera diselesaikan,’’ tuturnya.