JawaPos.com –  Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan memang memaksa berbagai aktivitas, khususnya bisnis, berpindah ke digital. Media sosial adalah salah satu platform yang digunakan untuk berbisnis.

Kendati sebagian besar sudah memanfaatkan media sosial sebagai media promosi, namun tidak semua pebisnis mendapat omzet besar. Keefektifan mereka dalam berpromosi di media sosial menjadi pembedanya.

Lantas, bagaimana cara yang manjur berpromosi di media sosial?

Berikut adalah tujuh tipsnya, dikutip dari keterangan resmi Ninja Express:

 

1. Pilih Platform Media Sosial yang Tepat

Setiap orang punya preferensi, termasuk ketika memilih platform media sosial yang digunakan.  Di sinilah perlunya mengetahui ‘kolam’ yang akan dipilih, apakah target market banyak yang bermain di kolam Facebook, LinkedIn, Instagram atau justru mereka asik bermain di kolam TikTok.

Bagaimana cara mengetahuinya?

Tentukan target market atau sasaran pasar secara spesifik terlebih dahulu. Bisa dengan membuat Buyer Persona secara simpel, misalnya gambaran target market secara spesifik dengan menuliskan nama, usia, pendidikan, kondisi keuangan (penghasilan), isu apa yang menarik bagi dia, nilai apa yang dia cari ketika membeli sebuah produk, dan setelahnya akan tahu target market yang diincar ini aktif di media sosial apa.

 

2. Pastikan Konten Menarik

Setelah mengetahui media sosial apa yang digunakan target market, tugas selanjutnya adalah membuat konten yang menarik.

Poin penting di sini adalah konten yang dibuat sebisa mungkin relate dengan isu yang mereka minati sehingga konten akan dianggap penting oleh mereka dan secara tidak langsung menarik mereka untuk membeli produk dari brand.

Tapi perlu diingat, konten yang dibuat sesuai dengan taste mereka dan memenuhi standar keren versi target audiens atau target market, bukan hanya keren versi pemilik brand. Misalnya, target audiens mayoritas suka dengan K-Pop, maka bisa juga membuat konten seputar K-Pop. Bisa juga riding the wave isu-isu terkini, sehingga konten yang dibuat akan up to date.

 

3. Apresiasi Konten dari Followers

Salah satu strategi marketing yang autentik adalah User Generated Content yang bisa diterapkan untuk meningkatkan penjualan di media sosial. Studi di tahun 2017, menunjukan bahwa UGC memiliki pengaruh hingga 97 persen kepada pembeli online berusia 18 – 30 tahun terhadap keputusan pembelian.

Apa itu User Generated Content?

Sederhananya, UGC adalah konten yang dibuat oleh audiens yang biasanya menceritakan pengalaman atau opini mereka terhadap brand dan kemudian mereka posting di kanal media sosial pribadi. Audiens bisa saja menandai atau menyebut brand di postingan mereka atau menggunakan hashtag yang mengarah ke brand.

Jadi, diperlukan rasa peka terhadap respon audiens di media sosial dan selalu apresiasi feedback yang mereka berikan dengan membalas hingga me-repost konten yang mereka buat, tentunya sesudah izin kepada yang bersangkutan. Lewat UGC inilah engagement akan meningkat dan secara bertahap akan melahirkan pelanggan yang loyal dan tentunya berdampak terhadap penjualan brand.

 

4. Bekerjasama dengan Influencer

Langkah selanjutnya adalah bekerja sama untuk meningkatkan penjualan produk dengan seorang influencer atau KOL (Key Opinion Leader) yang akan mempromosikan brand kepada pengikutnya di media sosial.

Tenang saja, tidak harus bekerja sama dengan seorang makro influencer (followers lebih dari 100 ribu, Red), karena budget untuk seseorang yang sudah terkenal atau memiliki followers banyak biasanya cukup besar. Jadi bisa mulai bekerja sama dengan seorang nano influencer (followers di bawah 10 ribu, Red) atau mikro influencer (followers antara 10 ribu – 100 ribu, Red) yang secara budget lebih terjangkau dan biasanya angka engagement-nya justru lebih tinggi.

Pertimbangan utama dalam memilih seorang influencer adalah apakah value yang dimiliki influencer tersebut sejalan dengan value yang ingin diberikan oleh brand dari produk. Oleh karena itu, harus secara serius melakukan riset terhadap calon influencer yang dipilih.

Saat ini ada banyak platform untuk mencari influencer, seperti, Spradz, Iconreel, Lemon dan platform-platform lainnya.

 

5. Bercerita

Semua orang suka bercerita. Itu jadi poin penting. Lewat media sosial ini bisa bercerita tentang produk secara detail. Mulai dari proses pembuatan, cerita di balik produk, proses pengemasan, dan seterusnya.

Jadi, caption yang ditulis di media sosial bukan melulu jualan secara langsung (hard selling) kepada audiens tapi ada cerita yang disampaikan dan akan lebih menarik audiens untuk membeli produk.

Salah satu brand yang sukses dengan storytelling adalah Klinik Kopi. Brand ini bercerita banyak hal menarik yang menjadikan followers-nya selalu menunggu konten dari Klinik Kopi.

 

6. Gunakan CTA yang Memikat

Pemilik brand harus mempelajari teknik copywriting agar konten-konten yang disampaikan lewat media sosial lebih menjual dan membuat audiens segera membeli produk yang dijual.

Disinilah peran dari Call To Action (CTA) yang memikat dan sulit ditolak oleh audiens. CTA yang buat harus jelas dan tidak membingungkan audiens, salah satu fungsinya untuk memperjelas bagaimana caranya jika konsumen ingin membeli produk atau jika sedang berlangsung sebuah promosi.

 

7. Mulai Membuat Budget Untuk Ads

Langkah terakhir atau bisa dibilang shortcut agar produk bisa dijangkau oleh audiens yang lebih banyak adalah dengan beriklan. Di sinilah kalian bisa mulai membuat budget khusus marketing yang didalamnya termasuk budget untuk beriklan.

Ada cukup banyak pertimbangan sebelum menentukan budget iklan media sosial, salah satunya harus secara jelas menentukan objektif atau tujuan dalam memasang iklan, apakah untuk awareness atau conversion atau objektif lainnya. Lalu siapa target yang diincar dan berapa lama akan memasang iklan tersebut.

Dari situlah akan tahu budget yang diperlukan untuk memasang iklan di media sosial dan tentunya bisa disesuaikan dengan kemampuan budget yang disediakan.

By admin