JawaPos.com – Sektor properti diperkirakan mampu bertahan (resilient) di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal itu merujuk pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Juni 2021 kredit konsumsi naik 20,31 persen year-on-year (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh kredit otomotif dan KPR.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, adanya kebijakan stimulus di sektor properti dan kendaraan bermotor mempunyai multiplier effect tinggi mendorong konsumsi rumah tangga. Menurut dia, kredit properti masih akan lebih menggeliat ke depan.

“Kita punya basis kredit yang kuat karena beberapa sektor sudah bangkit,” katanya.

Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Haru Koesmahargyo menambahkan, pada kuartal II 2021, total penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh 5,59 persen yoy. Dari Rp 251,83 triliun menjadi Rp 265,9 triliun. Segmen KPR masih menjadi motor utama penggerak penyaluran kredit perseroan.

“KPR subsidi naik 11,17 persen yoy menjadi Rp 126,29 triliun. Sedangkan KPR nonsubsidi tumbuh terbatas 0,9 persen menjadi Rp 80,59 triliun,” jelasnya.

Terpisah, CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menyebutkan, pola pergerakan pasar jangka panjang belum stabil. Ditambah perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4.

“Kebijakan tersebut bakal memengaruhi keinginan konsumen untuk membeli properti dan jeda tunda pembelian makin lama lagi,” ucapnya kepada Jawa Pos.

Menurut Ali, pasar belum optimal bukan karena kehilangan daya beli. Melainkan karena terganggunya mobilitas konsumen yang ingin membeli properti.

“Karena transaksi properti tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara online. Setiap pembeli properti pastinya harus dan ingin merasakan atau melihat secara fisik bangunan dan lingkungan dari properti yang akan dibelinya,” terang dia.

By admin