JawaPos.com–Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur sejauh 3.000 meter ke arah barat daya pada Selasa (10/8).
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida seperti dilansir dari Antara di Jogjakarta menyebutkan, panas guguran itu terjadi pada pukul 05.58 WIB. ”Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 45 mm dan durasi 214 detik,” kata Hanik Humaida pada Selasa (10/8).
Menurut dia, awan panas guguran itu memicu hujan abu tipis di sejumlah wilayah di Lereng Gunung Merapi dengan angin mengarah ke ke barat. Berdasark data sementara yang dihimpun BPPTKG hingga pukul 08.30 WIB, hujan abu tipis itu mengguyur sejumlah desa di Kabupaten Magelang. Yakni Desa Sengi, Desa Paten Kecamatan Dukun, Desa Wonolelo, Desa Banyuroto (Kecamatan Sawangan), Desa Tlogorejo, Desa Tirto, Desa Lebak (Kecamatan Grabag), dan Desa Dasih (Kecamatan Pakis).
”Awan panas guguran kembali terpantau pada pukul 06.43 WIB dengan jarak luncur 2.500 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 36 meter, serta durasi 161 detik,” terang Hanik Humaida.
Selama periode pengamatan pukul 00.00–06.00 WIB, lanjut dia, guguran lava pijar juga teramati 27 kali meluncur dari Gunung Merapi dengan jarak maksimum 500–2.000 meter ke arah barat daya. Meski awan panas guguran mencapai 3.000 meter, rekomendasi potensi daerah bahaya hingga kini belum ada perubahan.
”Belum ada perubahan rekomendasi. Daerah potensi bahaya juga masih sama,” ujar Hanik Humaida.
Hingga saat ini, menurut dia, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level III atau siaga. Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan bisa berdampak ke wilayah sektor selatan–barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
”Saat terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi diperkirakan dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung,” kata Hanik Humaida.