JawaPos.com – Pemerintah hendak melakukan digitalisasi nasional dengan mengalokasikan Rp 17 triliun untuk pengadaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di dunia pendidikan. Anggaran digunakan hingga 2024 mendatang.
Salah satu program yang menjadi perbincangan adalah kerjasama dengan Google untuk membuat laptop chromebook lokal. Anggaran yang tersedia sebesar Rp 3,7 triliun.
Terkait rencana itu, Ketua Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja mengatakan, pemberian laptop bukan merupakan digitalisasi. Banyak aspek yang perlu diperhatikan, seperti infrastrukturnya.
“Mau membangun transfomrasi digital tidak bisa hanya memberikan laptop,” ujar dia melalui siaran YouTube VOX Populi Institute Indonesia, Senin (9/8).
Chromebook ini menggunakan sistem penyimpanan data melalui cloud, jadi perlu menggunakan koneksi internet, sementara penyimpanan data ketika offline hanya 32 GB. Hal ini menjadi kekhawatiran bahwa laptop tidak digunakan dengan optimal.
“Lalu chromebook koneksinya gimana, kalau pake hp ya samimawon (sama aja) deh, banyak daerah yang beluum stabil koneksinya, terus wifi, emang ada wifi di kampung dan pegungungan,” tutur dia.
Selain itu, berbicara transformasi digital, chromebook ini dapat diakses oleh publik atau pengelolanya. Hal ini juga perlu diperhatikan agar tidak adanya penyalahgunaan data.
“Yang perlu kita pikirkan adalah akses public, siapa yang ngatur. Kalau bicara transformasi digital jangan abaikan keamanan cyber. Realitanya masuk digital adalah bagaimana kita bisa minimalisir risiko juga,” pungkasnya.