JawaPos.com- Kisah pilu di balik kematian seorang bayi berinisial NAK, warga Menganti, Gresik. Bayi perempuan berusia 2 bulan itu meninggal karena diare. Cerita duka itu mulai dari keluarga terpaksa menjaminkan STNK motor karena tidak ada biaya untuk rumah sakit, hingga pemakamannya sempat terkendala.
Menurut Imam, salah seorang keluarga NAK, semula adik iparnya tersebut mengalami diare dan dehidrasi. Keluarga pun membawa NAK ke salah satu rumah sakit swasta di Menganti, Gresik. Kondisi bayi membaik. Nah, pada 2 Agustus 2021, putri pasangan suami istri (pasutri) Robby Meinard-Yuana Lacktogen itu pun dibawa pulang.
NAK baru lahir Juni 2021 lalu. Sesuai jadwal, kontrol sang bayi ke RS dilaksanakan pada 4 Agustus. Saat bersamaan, Imam harus kerja. Karena itu, jadwal kontrol mundur sehari. Ketika dibawa ke RS, kondisi NAK sedang drop. Pihak manajemen RS meminta agar bayi segera dirujuk ke RS swasta di Surabaya. Alasannya, peralatan medisnya tidak cukup.
Sebenarnya, lanjut Imam, pihak keluarga agak kecewa dengan RS itu. Pasalnya, dari awal yang menangani NAK. Ternyata, disarankan ke RS lain. Selain itu, tidak diberikan surat rujukan. Ketika hendak menyelesaikan biaya perawatan di rumah sakit itu, keluarga juga sempat pontang-panting. Maklum, total biayanya terbilang besar untuk keluarga yang hidup ngekos. ‘’Bayarnya Rp 5,3 juta,’’ ujarnya kepada para wartawan.
Imam menyanggupi untuk membayar biaya tersebut. Namun, pihaknya meminta waktu penundaan pembayaran. Sebagai bukti tanggung jawab, STNK asli motor yang dimiliki Imam pun diserahkan ke pihak RS. Setelah itu, keluarga akhirnya membawa NAK ke Surabaya. Imam ikut mengantarkannya. Sang bayi sempat mendapatkan perawatan.
Setelah diterima di RS Surabaya itu, tidak lama Imam harus kembali pulang ke Menganti. Jaraknya tidak seberapa jauh dari Surabaya. Dia diminta untuk mengambil baju ganti milik si bayi. Ketika sudah sampai di rumah, istri Imam menelepon. ‘’Mengabarkan kalau adik bayi telah tiada,” ungkapnya.
Imam pun ikut terpukul. Dia pun buru-buru kembali ke RS di Surabaya untuk membawa pulang jenazah sang bayi. Rencana proses pemakaman pun disampaikan ke pihak pemerintah desa setempat. Dari sinilah ada penolakan.
Alasan pihak desa, keluarga bersangkutan bukan warga desa setempat. Namun, selama ini mereka ngekos. Selain itu, makam desa merupakan tempat pemakaman Islam yang sudah turun temurun. Adapun NAK dari keluarga nonmuslim. Warga menyarankan untuk dimakamkan di pemakaman umum atau makam khusus umat nonmuslim. Pihak keluarga pun bisa menyadari.
Jumat siang (6/5), sekitar pukul 14.00, NAK pun dimakamkan di Pemakaman Kristen di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Gresik. Proses pemakaman sang bayi dibantu oleh tim relawan pemulasaraan jenazah yang dibentuk pemkab.
‘’Begitu mendapat informasi, kami bergerak cepat. Menerjunkan dua relawan untuk membantu prosesi pemakaman. Mulai membawa jenazah dari Menganti ke Gresik hingga proses penguburan jenazah,’’ kata H. Thoriqy Fajrin, koordinator tim relawan Gresik.
Sementara itu, Camat Menganti Sujarto ketika dikonfirmasi tidak menampik kejadian tersebut. Awalnya, keluarga tersebut tinggal bersama orang tuanya di salah satu perumahan kawasan Menganti. Lalu, entah mengapa belakangan memutuskan untuk indekos di desa bersangkutan. “Bayinya meninggal bukan Covid-19, tapi karena sakit,’’ ungkapnya.