Teriakan M. Taufiq mengejutkan Rendi Irwan. Saat itu tengah malam. Rendi bangkit dari kasur untuk mencari tahu. Dia pun melihat rekan sekamarnya lari dari kamar mandi. Mukanya pucat karena ketakutan. Taufiq bilang, dirinya baru saja melihat sosok hitam besar.

SAYA tanya ke Taufiq, katanya dia barusan melihat sosok hitam besar di kamar mandi. Salah dia juga sih, ngapain ke kamar mandi malam-malam,’’ kenang Rendi kepada Jawa Pos. Rendi dan Taufiq memang satu kamar. Mereka menginap di Wisma Persebaya di Karanggayam. Keduanya saat itu berstatus pemain Persebaya Surabaya pada musim 2010 hingga 2013.

Selama satu kamar, Rendi sering dikagetkan Taufiq yang ketakutan setelah keluar dari kamar mandi. Taufiq tidak membantah hal itu. Menurut dia, kamar mandi punya banyak penghuni. Di mes tersebut, ada dua kamar mandi. Satu di bawah, bersebelahan dengan musala. Satu lagi di lantai atas. Nah, kamar mandi lantai atas itulah yang dianggap menyeramkan.

Pemain 34 tahun itu mengaku sering mengalami kejadian aneh. Apa saja? ’’Saya pernah pas kencing, ada suara aneh dari luar. Pas saya lihat, ternyata ada anak-anak lagi main di depan pintu. Saya pikir, mereka siapa? Kan di mes hanya ada pemain,’’ ungkap pemain yang kini membela Bali United tersebut.

Saat itu Taufiq tidak ambil pusing. Namun, kejadian serupa kembali terjadi di kamar mandi yang sama. Saat mandi pada pukul 23.00, dia melihat mata merah besar mengintipnya dari jendela. ’’Pas saya mau keluar, saya lihat sudah ada anak-anak yang nungguin saya di depan pintu keluar. Nggak tahu itu anak cewek atau cowok, yang jelas saya terabas. Langsung lari saja,’’ terang pemain kelahiran 29 November 1986 itu.

Kejadian tidak berhenti di situ. Saat kembali ke kamar, Taufiq melihat sosok hitam besar dari jendela. Dari luar, ada suara anak kecil yang sedang mengobrol. ’’Saya sempat lihat keluar, ternyata ada anak kecil di depan kamar. Pas saya buka, mereka lari kembali ke kamar mandi,’’ beber pemain yang kini bermukim di Denpasar tersebut.

Saat siang, Taufiq berinisiatif membersihkan kamar mandi atas. Dia membawa peralatan. Bersih-bersih sendiri. ’’Maksudnya agar tidak ada penghuninya lagi. Kalau bersih, kan bagus,’’ katanya. Namun, saat malam, rekan satu timnya, Edy Gunawan, langsung didatangi sosok anak-anak. ’’Dia berpesan ke Edy kalau si makhluk itu senang rumahnya dibersihkan. Dia malah betah,’’ beber Taufiq.

Sejak saat itu, Taufiq tahu kalau ada sosok anak-anak yang sering bermain di kamar mandi atas. Karena itu, Taufiq ogah ke kamar mandi saat malam. Apalagi saat semua pemain sudah tidur. Bagaimana kalau pas kebelet? ’’Saya tahan, Mas. Pokoknya saya nunggu pemain lain yang ke kamar mandi, baru saya berani. Kalau nggak (ada teman, Red), ya tak pakai tidur saja,’’ bebernya.

Kadang, pas tidur, Taufiq masih saja diganggu. Kebetulan, ruangannya bersama Rendi berada di sebelah pas kamar mandi. Saat Rendi sudah tertidur, Taufiq kadang masih terjaga. ’’Nah, pas saya masih melek, tiba-tiba ada suara air keran yang menyala dari kamar mandi. Mati nyala, mati nyala. Kayak ada yang sedang main keran,’’ bebernya.

Kejadian serupa ternyata pernah dialami Misbakus Solikin. Tepatnya pada musim 2012. Saat itu, akibat dualisme, mes mulai ditinggalkan pemain. Namun, Misbakus yang kala itu masih berusia 20 tahun memilih bertahan. Dia ditemani pemain muda lainnya, Evan Dimas. Kala itu, Evan masih berstatus pemain tim internal Mitra Surabaya.

Keduanya memilih kamar di lantai atas. Tepatnya di sisi timur kamar mandi. ’’Setiap malam sekitar pukul 01.00–02.00 gitu air keran selalu menyala. Kemudian mati lagi. Padahal, sudah nggak ada siapa-siapa di mes. Evan tidur, saya di kamar sama dia,’’ ungkap pemain yang kini membela PS Sleman itu. Suara keran tersebut selalu membuatnya terbangun.

’’Tapi, saya tinggal tidur aja. Nggak berani,’’ tambahnya.

Baca Juga: Mengantisipasi Ancaman Lost Generation saat Pandemi Covid-19

Jangankan dini hari, selepas isya, Misbakus sudah tidak berani keluar kamar. ’’Saya lihat di setiap sudut ruangan itu sudah banyak bayangan hitam. Serem gitu,’’ jelasnya. Dia hanya bertahan di kamarnya. Kalaupun ingin buang air, dia ogah ke kamar mandi atas.

’’Saya selalu turun. Pilih buang air di kamar mandi bawah sebelah musala. Capek nggak apa-apa, yang penting aman,’’ tambahnya.

By admin