Sektor Realestat Tumbuh 2,82 Persen di Kuartal II Tahun Ini

JawaPos.com – Pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang diambil adalah memperpanjang pemberian insentif bebas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk pembelian rumah di bawah Rp 2 miliar.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memastikan kebijakan yang semestinya berakhir pada Agustus 2021 itu diperpanjang hingga akhir tahun ini.

”Untuk saat ini, pada Agustus, insentifnya masih berlaku melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 21. Jadi, kami pastikan bisa meng-cover perpanjangan September–Desember 2021,” ujarnya pada konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual kemarin (6/8).

Ani –sapaan akrab Sri Mulyani– memerinci, untuk rumah dengan harga jual maksimal Rp 2 miliar, diberikan PPN DTP (ditanggung pemerintah) 100 persen. Sementara, untuk rumah dengan harga jual di rentang Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar, diskon PPN DTP yang digelontorkan hanya 50 persen.

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu memastikan beleid yang mengatur kebijakan tersebut tengah difinalisasi. Rencananya, aturan itu rampung pekan depan. ”Saat ini PMK-nya diproses untuk diterbitkan. Harmonisasi tinggal satu langkah saja. Nggak akan terlalu lama, kita harapkan bisa minggu depan keluar,” katanya.

Terpisah, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Haru Koesmahargyo mengakui bahwa berbagai stimulus yang ditebar pemerintah turut menggerakkan sektor properti. Hal itu tentu berkorelasi dengan multiplier effect yang dihasilkan bagi ratusan industri turunannya. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi juga makin bergeliat seiring dengan langkah pemerintah yang agresif memberikan stimulus.

”Kebijakan tersebut membuat sektor perumahan menunjukkan pertumbuhan yang positif sepanjang pandemi ini meski pertumbuhan total kredit sektor perbankan sempat mengalami kontraksi. Hal ini menunjukkan optimisme bahwa sektor perumahan akan terus tumbuh seiring dengan pemulihan ekonomi nasional,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, sektor realestat atau perumahan mampu tumbuh 2,82 persen secara tahunan pada kuartal II tahun ini. Angka itu tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dan kuartal IV 2020 yang masing-masing sebesar 2,31 persen dan 1,25 persen.

Haru menjelaskan, harga rumah secara nasional menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil. Yaitu, pada tingkat 5,02 persen secara YoY. Pertumbuhan itu didorong signifikan dari perumahan tipe 70 sebesar 6,08 persen.

Hingga akhir tahun ini, bank pelat merah tersebut menargetkan pertumbuhan kredit 7 persen, terutama yang didorong KPR subsidi. ”Sekitar 90 persen penyaluran kredit BTN dikontribusi dari KPR subsidi dan kami menargetkan dapat menyalurkan KPR subsidi sebanyak 200 ribu sampai 240 ribu unit rumah per tahun untuk menekan backlog perumahan,” jelas Haru.

Baca juga: Hingga Kuartal-III, BTN Target Salurkan KPR untuk 68.500 Unit Rumah

Meski Badan Pusat Statistik (BPS) telah memastikan Indonesia keluar dari resesi dengan mencetak pertumbuhan 7,07 persen, banyak pihak yang mengingatkan agar pemerintah tidak terlena dengan kondisi tersebut. Ekonom senior Faisal Basri bahkan menyebutkan bahwa kecepatan pemulihan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 hanya sekitar 14 persen. Angka itu disebutnya lebih lambat daripada negara-negara selevel.

Kalkulasi kecepatan pemulihan tersebut didapatnya dari mengurangkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 dengan perekonomian kuartal II 2020. Saat itu seluruh negara mengalami kemerosotan ekonomi. ”Ini kalau ibarat Olimpiade, kita tidak dapat medali. Bandingkan dengan Singapura yang kecepatannya sekitar 27 persen. Dari negara-negara yang sudah mengumumkan pertumbuhan ekonomi, Indonesia ini masih lambat,” ungkapnya kemarin.

Singapura menjadi negara dengan pemulihan ekonomi yang paling cepat. Disusul Uni Eropa, Filipina, Amerika Serikat, Tiongkok, dan lain-lain. Sementara, Indonesia hanya lebih baik daripada Vietnam. Namun, yang perlu dicatat, tahun lalu Vietnam tidak mengalami resesi ekonomi. ”Indonesia hanya lebih baik daripada Vietnam. Tapi, perlu dicatat, Vietnam tidak pernah mengalami resesi tahun lalu,” jelas dia.

Dengan kenyataan tersebut, Faisal mewanti-wanti bahwa kondisi kuartal III 2021 disebutnya bakal lebih berat. Bisa saja pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 akan kembali melambat seiring dengan berbagai indikator pada Juli–Agustus 2021. Faisal juga mengingatkan agar pemerintah belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sebab, pemulihan ekonomi merogoh kocek yang sangat dalam dan memakan waktu yang lama.

”Ini kan ongkosnya mahal. Jangan terapkan cara yang berulang-ulang sama. Kalau kata Einstein, itu kedunguan. Makanya, hindari kedunguan, kita himpun kekuatan rakyat yang luar biasa dan mau mengubah mindset. Karena itu, kita bisa menghasilkan sesuatu yang signifikan bagi masyarakat,” tuturnya.

By admin