JawaPos.com – Tidak sedikit yang mencerca Amerika Serikat (AS) ketika mereka dikalahkan Prancis. Itu terjadi pada game pembuka grup A. Team USA –sebutan timnas AS– kalah dengan skor 76-83 (25/7).
Asumsi yang terdengar saat itu adalah kontingen basket AS kali ini bisa menjadi yang terburuk dengan gagal meraih medali apa pun sejak 1980. Saat itu mereka memilih boikot.
Sebelum edisi kali ini, AS juga pernah keok pada game pertama pada 2004. Kala itu, secara mengejutkan mereka dikalahkan Puerto Rico. Dan, langkah terjauh AS saat itu adalah medali perunggu.
Namun, yang terjadi setelah kekalahan dari Prancis tersebut justru berbalik 180 derajat. Kemarin AS mengalahkan Australia 97-78 di semifinal yang digelar di Saitama Super Arena, Saitama. Itu membuka kans mereka untuk menorehkan quat-trick medali emas sejak edisi 2008.
Bahkan, buntut kekalahan dari Prancis, performa AS langsung melejit. Sebab, sejak game kedua hingga semifinal kemarin, Kevin Durant dkk selalu menang dengan selisih skor setidaknya 10 poin dari lawan-lawannya.
’’Tujuan medali emas kami tidak berubah. Dan, tentu kami tidak akan membuang peluang untuk itu ketika saat ini bisa melakukannya (tampil di final, Red),’’ ucap point guard Damian Lillard kepada ESPN.
Motivasi AS menyongsong final (7/8) bahkan berlipat ganda. Sebab, mereka kembali bersua dengan Prancis. Itu terjadi setelah Prancis secara dramatis mengalahkan Slovenia dengan selisih satu poin (90-89) pada semifinal kedua kemarin.
Bagi AS, final melawan Prancis tidak sekadar bernilai revans, tetapi juga memberikan laju antiklimaks bagi Prancis yang mengalahkan dan mempermalukan tim asuhan Gregg Popovich itu pada game pertama.
Namun, Prancis juga mengusung target yang tak kalah besar. Final nanti adalah yang ketiga bagi mereka sepanjang keikutsertaan di Olimpiade. Dua kesempatan sebelumnya pada 1948 dan 2000 selalu gagal. Ironisnya, dua kegagalan mereka itu disebabkan AS di laga final.